Jakarta, Owntalk.co.id – Ida Fauziyah, Menteri Ketenagakerjaan, angkat bicara mengenai penyebab banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di Indonesia. Menurut Ida, Hal ini dikarenakan banyaknya investor China yang masuk ke Indonesia.
“Kenapa jumlah TKA China lebih besar? Ini tentu saja karena banyak investasi yang masuk ke Indonesia yang berasal dari China. Ini saya kira berbanding lurus dengan investasi yang masuk dari China, kalau dilihat investasi yang masuk ke Indonesia banyak dari China, berbanding lurus dengan TKA yang ditempatkan di Indonesia,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi IX pada senin kemarin (24/5).
Terhitung hingga 18 Mei 2021, Ida mengonfirmasi, jumlah TKA China yang masuk ke Indonesia sebanyak 8.700 orang, kemudian disusul oleh Korea Selatan sebanyak 1.600 dan Jepang 1.400 orang. Selain ketiga negara tersebut, asal negara TKA meliputi Filipina, Malaysia, Inggris, AS, Australia, Thailand, dan sebagainya.
Baca Juga :
- Wali Kota Batam: Kegiatan Sosial LPM Tanjung Uncang Jadi Inspirasi untuk Kelurahan Lain
- Kuasa Hukum Intan Nilai Pernyataan PH Roslina Upaya Mengaburkan Fakta
- PLN Batam Gelar Diskusi Publik Jelaskan Penyesuaian Tarif Listrik untuk Jaga Keberlangsungan Energi
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah menerbitkan izin kerja kepada 15.760 pada periode Januari hingga 18 Mei 2021. Pemberian izin tersebut mencakup memenuhi ketentuan pengecualian TKA yang bisa mendapatkan izin kerja selama pandemi Covid-19. Selain itu, pemberian izin TKA tersebut harus melalui rekomendasi kementerian/lembaga terkait.
“Itu dasarnya adalah permohonan dari K/L, dimana yang dasarnya pemberhentian sementara itu mengecualikan alasan kemanusiaan, tenaga bantuan dukungan medis dan pangan, perbaikan alutsista, objek vital strategis nasional, dan PSN. Semua proses ini secara terbuka dan transparan tidak boleh lewati ketentuan yang ada, mesti ada check dan recheck sebelum dikeluarkan izin kepada TKA,” kata Ida
Ida juga menjelaskan apabila perusahaan mengalami penurunan jumlah TKA dalam operasinya, perusahaan tersebut diindikasi mengalami kendala atau tidak beroperasi.
“Kalau ngomong terbuka, banyak perusahaan-perusahaan yang investasi dari China, misalnya proses produksinya seperti manual book-nya, kemudian beberapa teknis yang lain, baru bisa dikerjakan oleh tenaga kerja dari negara tersebut. Kalau kita tidak gunakan mereka, berarti berhenti operasi atau belum bisa operasi, yang pada akhirnya tidak bisa serap tenaga kerja, ini problem yang sangat serius,” jelas Ida. (Ir)