Muda, berbakat, berani, penuh dengan ide-ide, berjiwa besar dan professional.
Dialah Kamarudin Muda, nama yang tak asing lagi didengar dikalangan organisasi Perkumpulan Anak Tempatan (PERPAT). Ia menjabat sebagai ketua PERPAT Provinsi Kepulauan Riau.
Kamarudin, Pria tampan nan tinggi itu dilahirkan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau Pada 19 Oktober 1989. Ia lahir dan besar di Tanjung Pinang tepatnya di Kampung Bugis. Sebuah Kampung yang masih asri dan belum terkontaminasi limbah-limbah pabrik. Kampung Bugis itu berada di daerah pelosok agak jauh dari peradaban kota.
Orang tua Kamarudin berasal dari Bone provinsi Sulawesi Selatan yang bersuku Bugis, sedangkan Ibunya seorang perempuan bersuku Banjar dari Kalimantan.
Kamarudin menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) nya itu di kampungnya tercinta. Ia merupakan alumni dari SD 021 atau yang lebih dikenal dengan nama SD 005 Tanjung Pinang. Semasa sekolah, Kamarudin kecil harus merasakan pahitnya merelakan waktu bermain hanya untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhannya.
Ayahnya yang dulu hanyalah bekerja sebagai tukang pahat mas dan ibunya seorang ibu rumah tangga (IRT) yang menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman baginya. Kamarudin pernah berjualan es lilin, jualan kacang asam serta mengupas kulit ikan bilis dengan upah enam ratus Rupiah per Kilogram.
“Waktu itu saya sempat membantu orang tua menjual es lilin. Pada saat malam kami bantu mamak ikat es, malam masukin kedalam kulkas, paginya sudah keras, kami antarkan kewarung-warung. Lalu sore harinya kami ambil duitnya. Pernah juga saya ikut ibu jualan kacang asam. Untuk nyari uang jajan sendiri, saya pernah mengupas ikan bilis dan pulang sekolah kami ambil 2-3 kilo,” ungkap lelaki sang pemilik senyum manis bak gula itu sedih mengingat puing-puing kesedihan di masa lalu.
Hal pahit itu menimpa Kamarudin ketika ia menduduki bangku SD kelas empat hingga kelas enam. Ekonomi dikeluarga Kamarudin mulai membaik saat memasuki tahun 2000-an. Meskipun begitu, keadaan ekonominya tetap berbeda dengan ekonomi keluarga orang-orang kota yang sejatinya dapat membeli kendaraan pribadi dan berbelanja barang-barang mewah.
“Saya merasakanlah dulu jajan masih pakai uang 25 perak. Uang 100 rupiah pada saat itu kita bisa pake dari pagi sampe sore. Jajanan pada saat itupun tidak ada yang lebih dari 50 Rupiah,” ujar pria berusia 31 tahun itu.
Setelah menyelesaikan Sekolah Dasar, Kamarudin kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP 11 di Tanjung Pinang. Namun apalah daya, nasib tak kunjung berubah. Kehidupan Kamarudin remaja tidak jauh berbeda dengan kehidupannya semasa duduk dibangku SD. Ia masih harus merasakan kerasnya hidup sebagai anak desa yang tinggal jauh dikota. Bahkan, ia harus mendaki bukit dikarenakan letak sekolahnya yang berada jauh di atas bukit, sedangkan Kamarudin tinggal di rumah-rumah panggung di atas laut.
“Jadi kami itu tinggal dipelantar-pelantar diatas laut, sekolah kami itu jauh diatas. Kurang lebih sekitar 2 kilo lah dan kita harus nanjak. Jaman itu juga belum memiliki kendaraan dengan keadaan masih sulit,” ujar Kamarudin mengingat masa kecilnya.
Tak terhenti pada masa SMP nya yang sulit, Kamarudin yang memiliki cita-cita sebagai pelaut itu melanjutkan sekolah nya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ia memilih SMK N 3 atau sekarang berubah nama menjadi STM (Sekolah Teknik Mesin). Namun, saat Kamarudin mendedikasikan dirinya untuk belajar di STM, disanalah ia mulai merasakan indahnya menjadi remaja sekolahan. Keadaan labil remaja yang berumur masih tujuh belasan itu membuatnya menjadi pribadi yang “nakal”. Kamarudin pernah mengikuti tawuran antar sekolah untuk membuktikan bahwa ini lah anak-anak laki-laki sebenarnya. Tidak dipungkiri, hal itu sering terjadi bahkan hingga saat ini.
“Mayoritas anak STM itukan laki-laki, jadi tingkat pertemannya kompak dari tingkat satu sampai tingkat tiga. Pernah ada satu cerita kami ikut tawuran pada jaman itu dan kurang lebih ada 4 – 5 sekolah yang diserang,” tutur lelaki yang fasih dalam berbahasa Melayu itu.
Kendati demikian, Kamarudin remaja tak pernah menyentuh rokok sekalipun semenjak ia SD hingga SMK. Ia berpikir bahwa uang yang telah diberikan oleh orang tuanya lebih baik digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat seperti untuk kebutuhan sekolah atau digunakan untuk uang jajan sehari-hari. Mengingat, rokok merupakan “lambang”keberanian seorang lelaki bahkan hingga saat ini. Ternyata hal itu tak menggunggah jiwa Kamarudin remaja. Ia telah membulatkan tekadnya untuk tidak merokok sampai ia dapat menghasilkan uang dengan jerih payahnya sendiri. Sungguh tekad yang sangat langka saat ini ditemukan pada anak-anak muda kaum milenial.
Setelah menyelasaikan pendidikannya di STM, Kamarudin pernah bekerja di salah satu perusahaan Pelayaraan di Tanjung Pinang. Bekerja di kapal dan menjadi pelaut merupakan kebanggan tersendiri bagi Kamarudin. Saat itu ayah dan kakak laki-lakinya bekerja sebagai kapten di kapal. Ayah dan kakaknya merupakan tokoh yang mengeinspirasi Kamarudin untuk menjadi seorang pelaut. Sebelum berlayar, Kamarudin kerap mengikuti beberapa diklat yang ada di Jakarta. Setelah pulang dan menyelesaikan diklatnya, ia langsung berlayar membawa kapal-kapal passanger pada tahun 2006 – 2010.
Setelah kurun waktu kurang lebih lima tahun berlayar, ia sempat diberi tawaran oleh keluarganya untuk bekerja di pemerintahan. Keraguan sempat menghantam hati Kamarudin muda. Bagaimana tidak, ijazah nya yang pada saat itu sudah bisa membawanya untuk naik kelas dan menjadikannya sebagai seorang kapten seperti apa yang diimpi-impikannya sejak kecil harus ia relakan. Namun, ia berpikir bahwa ini adalah peluang baru didarat yang diberikan Tuhan padanya. Dirinya pernah bekerja di salah satu intansi pemerintahan dan bertahan selama 3 tahun lamanya.
“Ini ada peluang baru di darat, jadi saya sempat memutuskan untuk ikut kerja di Batam. Kemarin saya sempat menjadi pagawai di salah satu instansi pemerintahan dikota Batam. Lebih tepatnya di Dinas Pendapatan,” ujar pria beragama Islam tersebut.
Kamarudin lalu menikahi perempuan bernama Delvi Ekaputra dan di karunia tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Setelah tiga bulan berumah tangga, Kamarudin memutuskan untuk bergabung dengan politik. Keinginan nya untuk terjun kedunia politik bukanlah murni keinginannya sendiri, melainkan karena lingkungan dan pengaruh dari kelurganya yang banyak berkecimpung didunia politik menjadikan Kamarudin memiliki inisiatif untuk banting stir kedunia politik.
“Banyak pandangan-pandangan serta pengalaman-pengalaman yang saya dapat dari politik. Salah satunya kita dapat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Politik saya rasa mengatur banyak hal, baik itu harga bahan pokok, sumber daya manusia dan masih banyak lagi,” ujar pria yang pernah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif itu.
Pada tahun 2014 dan 2019, Kamarudin pernah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Namun, dewi fortuna belum berpihak padanya. Ia gagal sebanyak dua kali dalam pemilihan itu. Lantas kegagalan yang dialami Kamarudin, tak membuatnya menyerah. Dirinya berencana akan mencalonkan diri kembali pada periode berikutnya. Karena menurutnya, orang-orang hebat adalah orang yang pernah mengalami kegagalan. Coba lagi dan biarkan Tuhan mengurus hasilnya.
“Memang di politik ini tidak ada hal yang betul-betul murni yang bisa kita paksakan. Walapun perjuangan yang sudah kita lakukan dengan semampu kita, tetapi jika Tuhan belum berkehendak, berarti itu bukan rezeki kita,” ungkap pria pantang menyerah itu.
Kamarudin memiliki keinginan untuk mengubah ekonomi keluarga nya agar menjadi lebih baik lagi dengan menjadi pengusaha. Menimbang masa kecilnya yang penuh dengan sepak terjang, membuat pria bertubuh gagah ini pantang menyerah untuk terus berusaha.
“Terlepas nanti dari bagaimana proses dan perjalananya seperti apa, ya kita biarkan lah mengalir seperti apa semestinya. Let it flow like water,” ungkap Kamarudin sembari tersenyum.
“Hal positif yang kita pikirkan, akan berdampak positif pada kehidupan kita. Begitupun sebaliknya, hal negative yang kita pikirkan makan akan berdampak negative pada kehidupan kita,” kata-kata motivasi yang diucap pria berambut lurus itu.
Kamarudin dan PERPAT
Kini, Kamarudin menjabat sebagai ketua PERPAT Provinsi Kepulauan Riau yang saat ini telah mecapai enam tahun lamanya. Perpat adalah Persatuan Pemuda Tempatan yang sekarang berganti nama menjadi Perkumpulan Anak Tempatan. Perpat merupakan organiasasi kepemudaan yang berdiri pada tahun 1999 yang masih eksis sampai sekarang sebagai organisasi yang ada dikepulauan Riau khusus nya di kota Batam.
Asal mula berdiri PERPAT adalah ketika dewan pendiri PERPPAT merasa bahwa tidak berpihaknya pemerintah terhadap masyarakat tempatan yang ada dikota batam pada saat itu. Kamarudin beserta tim meneruskan perjuangan dari para senior dan pendiri PERPAT. Namun kini PERPAT banyak bergerak di bidang social dan politik.
“PERPAT ingin kita jadikan sebagai satu wadah untuk memberikan ruang pada pemuda-pemuda tempatan yang memeiliki capabilitas dan integritas yang tinggi untuk menjadi pemimpin atau keterwakilan wakil rakyat yang ada dikota Batam atau yang ada di Kepulauan Riau,” ujar Kamarudin selaku ketua Perpat.
PERPAT kini sudah menginjak usia dua puluh satu tahun dan hal itu merupakan suatu pencapaian terbesar bagi anggota PERPAT yang eksistensinya masih diakui hingga saat ini. Kini, perpat sudah memiliki beberapa perngurus yang berada di Kabupaten Kota. Mulai dari Tanjung Pinang, Batam kota, Karimun, Lingga, Bintan, dan Natuna. Bahkan, kepengurusan perpat sedang berada dalam tahap proses di Anambas.
Itulah segenap kisah Kamarudin, lelaki pantang menyerah yang selalu membiarkan segalanya terjadi berjalan sesuai kehendak sang khalik. Percaya pada proses dan biarkan mengalir sebagaimana mestinya.
Riwayat Pendidikan:
- SD 021/005 Tanjung Pinang
- SMP II
- SMK N 3/ STM Tanjung Pinang
Riwayat Pekerjaan:
- Perusahaan Pelayaran – Pelaut (2006 – 2010)
- Dinas Pendapatan (2011-2013)
Pengalaman Organisasi:
– Osis Sekolah
– Organisasi Tujuan Anak Daerah
– Gema Indonesia Kepri
– Perpat (Ketua)
Riwayat Diklat:
- Pertamina, Jakarta
- STIP Marundai, Jakarta Utara
- Akademi Maritim Indonesia, Kelapa Gading