Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pasti dibekali kemampuan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sebagai modal penting untuk menjalani hidup. Salah satunya adalah memaksimalkan bakat yang ada dengan cara berusaha dan bekerja.
Kesuksesan pun bisa diraih oleh siapa saja, tak peduli dengan latar belakang dan kondisi ekonomi yang seperti apa. Hal semacam inilah yang berhasil diraih oleh sosok bernama Surya Makmur Nasution.
Surya Makmur Nasution merupakan mantan jurnalis Media KOMPAS. Siapa yang tak kenal media KOMPAS?
Ya, sebuah situs berita ternama yang dikelola oleh PT. Kompas Cyber Media yang merupakan anak perusahaan PT. Kompas Media Nusantara. Pendiri kompas sendiri adalah Peter Kansius Ojong dan Jakob Oetama. Tak semua orang dapat menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Sehingga, siapa yang bergabung di dalamnya merupakan orang-orang hebat yang terpilih. Sulit, namun tidak mustahil
Surya Makmur Nasution Lahir dan dibesarkan di Serbelawan, Kec. Batu Nanggar Sumatera Utara pada 4 Maret 1970. Tak hanya sebagai mantan jurnalis media KOMPAS, dirinya juga merupakan mantan anggota DPRD Kepri.
Ia tumbuh dan besar dilingkungan para santri. Dikota kecilnya, Serbelawan, terdapat Madrasah Aljamiatul Wasliyah dan sekolah Muhammadiyah yang cukup terkenal hingga saat ini.
Sebagai seorang anak yang yang tinggal di lingkungan yang agamanya kuat, tentu Surya kecil pun tak asing lagi dengan yang namanya belajar agama pada sore dan malam hari. Ia memulai kegiatan belajarnya di Sekolah Dasar (SD) umum pada pagi hari dan saat petang tiba, ia belajar di madrasah. Seperti yang kita ketahui, belajar agama merupakan hal yang perlu dibiasakan sejak dini agar kelak dewasa mereka tidak minim akan pengetahuan ilmu agama.
“Pagi sekolah SD, lalu sore hari belajar madrasah. Mulai madrasah kisaran jam tiga. Disana saya belajar agama Islam, tulis dan baca Al-quran. Nah, Malam juga begitu dikampung, mencari guru agama dan Ustad untuk mengulang pelajaran sebelumnya di Madrasah,” jelas Surya.
Ia mengenyam pendidikan SD hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dikota kecilnya tercinta. Dirinya juga merupakan alumni Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Washliyah. Menginjak SMP, disitulah Surya mulai mengenal dan mendalami dunia organisasi.
Surya pernah mengikuti organisasi Ikatan Pelajar Al-Washliyah serta mengikuti basic training sebagai seorang siswa paham agama. Tak sampai disitu, Setelah tamat SMP, ia melanjutkan sekolah di SMA Negeri dan tetap aktif untuk mengikuti organisasi, salah satunya adalah organisasi Osis. Dirinya menjabat sebagai wakil ketua pada organisasi Osis dan disisi lain, ia menjabat sebagai ketua umum di Ikatan Pelajar Al-Washyiah Kecamatan Batu Nanggar.
Tahun 1988, Surya melanjutkan kuliah di Fakultas Syariah Institute Agama Islam atau yang dikenal sekarang dengan UIN Sumatera Utara. Selama menjadi mahasiswa, ia juga masih aktif bergabung dengan berbagai organisasi, seperti Senate (Wakil Ketua) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
“Ketika saya menjadi Mahasiswa, saya bergabung dengan Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dari HMI inilah saya terus melanjutkan belajar organisasi, interaksi dan menyampaikan gagasan-gagasan. Bergabung dengan HMI ini banyak membawa perubahan kepada diri saya,” tutur Surya.
Surya mulai memarani dunia Jurnalistik saat ia masih berstatus sebagai seorang mahasiswa. Pada semester tiga, dirinya menempuh pendidikan dasar diklat pers atau jurnalistik di kampus. Ia mulai menekuni dunia jurnalistik setelah mempelajari dan memahami apa dan bagaimana sebenarnya dunia jurnalistik itu melalui diklat pers yang pernah ia ikuti.
Betapa tertariknya seorang Surya Makmur Nasution dengan dunia tulis menulis, sehingga pada semester lima, dirinya mulai menulis tulisan-tulisan berupa opini dan artikel. Selain tulisan berupa opini dan artikel, Surya juga kerap menulis tulisan resensi buku-buku yang telah dibaca nya. Baca dan sampaikan, agar berguna
Siapa sangka, tulisannya itu ternyata dimuat di beberapa surat kabar dikota Medan. Media Waspada, Analisa, Sinar Indonesia Baru serta Kompas pada tahun 1991. Ya, benar. Serta Media Kompas. Media yang menduduki posisi ke lima sebagai media terpopuler di dunia versi 4imn. (Dikutip dari Media Kontan.co.id pada tahun 2020).
Tidak hanya di publiksan, namun tulisan-tulisan indah Surya juga diberi hadiah oleh pihak Kompas. Hadiah berupa kiriman buku serta kiriman upah melalui Wesel Pos senilai seratus lima puluh ribu pertulisan. Jelas saja, kala itu, uang seratus lima puluh ribu merupakan jumlah yang cukup besar bagi sejumlah orang terutama untuk anak kuliahan.
“Tulisan saya juga pernah dimuat oleh pihak Kompas pada tahun 1991 atau 1992-an. Lalu kompas memuat tulisan saya dan dikirimi buku serta Wesel Pos dan jumalahnya Alhamdulillah cukup besar,” ungkap Surya dengan rasa bersyukur yang ia rasakan saat itu.
Betapa bangganya seorang Surya muda yang tulisannya di muat di salah satu media berita terbesar. Dengan bermodalkan mesin ketik pada jaman dahulu, Surya memainkan jari-jemarinya pada mesin ketik tua itu. Mesin ketik yang jika salah dalam pengetikannya, maka tak dapat dihapus dan diulang kembali seperti komputer pada saat ini. Namun hal itu bukanlah masalah besar, kegigihan dan ketekunan dirinya dalam mendalami kegiatan yang ia sukai itu membuatnya dapat dikenal melalui tulisan-tulisannya nan elok.
Tak hanya tulisan-tulisan berupa resensi buku, ia juga kerap mengkliping tulisan-tulisan dari hasil seminar yang pernah dihadirinya. Berkat dari karya-karyanya itu, dirinya dapat membiayai kehidupannya sebagai Mahasiswa. Mulai dari membayar kos hingga membiayai kuliahnya. Surya dikenal sebagai pemuda yang pintar di kampusnya. Bagaimana tidak, ia pernah menjadi asisten dosen (asdos) untuk mengajar di Universitas Sumatera Utara (USU) dan Institute Agama Islam Negeri (IAIN). Seperti yang kita ketahui, untuk menjadi asdos bukanlah hal mudah.
Setelah kulihnya usai dan mendapatkan gelar Sarjana. Surya memulai karir pertamanya dengan bekerja di Kompas dan ditempatkan di Batam. Ya, karir perdananya setelah lulus kuliah. Ia menjabat sebagai Jurnalistik pada tahun 1995-2005. Pengalaman yang berkesan menurutnya sebagai jurnalis adalah saat pertama kali dirinya bekerja dan bertugas di Aceh pada tahun 1995 untuk meliputi orang-orang besar, salah satunya adalah Amin Rais yang kal itu terkenal dengan suksesi kepemimpinan nasionalnya.
Surya Makmur Nasution lalu berpindah haluan dari Jurnalis ke Politikus. Mengapa demikian? Organisasi adalah jawabannya. Semenjak dirinya SMP, ia sudah mulai mengikuti organisasi-organisasi yang membuatnya memiliki pemikiran seperti aktivis serta berpotensi sebagai seorang aktivis. Surya merupakan seorang Jurnalis yang bacaanya politik.
Surya juga banyak mendapatkan tawaran-tawaran untuk masuk partai politik salah satunya Partai Golkar. Namun pilihannya jatuh pada partai Demokrat. Dirinya lalu menjabat sebagai wakil ketua 1 pada partai Demokrat dan dua periode sebagai wakil ketua tiga. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua fraksi selama 2 tahun dan sekretaris fraksi. Semua itu tentu berkat usaha, kerja keras dan do’a nya yang hanya berharap kepada sang Khalik.
“Proses itu penting, karena melalui proses itulah yang akan menentukan bagaimana kita nanti kedepannya,” tutur pria aktivis tersebut.
Surya kemudian bergabung dengan Dewan Perwakilan Rakyat Dearah (DPRD) pada tahun 2009. Selama ia bergabung dalam anggota DPRD, dirinya telah beberapa kali membuat DPRD geger. Salah satunya mengenai dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2010. Surya mencetuskan semboyan “dana APBD pro rakyat”. Hal itu dikarenakan kepeduliannya terhadap nasib rakyat yang tak “terlirik” oleh pemerintah. Hingga ia berani untuk turun tangan atas masalah itu. Menurutnya, dana APBD itu harus digunakan seimbang dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat.
Itulah kilas singkat mengenai sosok Surya Makmur Nasution, penakluk media ternama. Laki-laki yang karyanya pernah dimuat di media Kompas serta bekerja selama sepuluh tahun sebagai seorang jurnalis di salah satu media pemberitaan terbaik di Indonesia.
Riwayat Pendidikan:
- UIN (Universitas Islam Negri)
Riwayat Organisasi:
- Ikatan Pelajar Al-Washliyah
- HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
Riwayat Pekerjaan:
- Kompas Batam (1995 – 2005)
- Anggotab DPRD (2009)
- Wakil Ketua 1, Demokrat (2019)
- Wakil Ketua 3, Demokrat (2019)