Memiliki kehidupan yang sukes merupakan tujuan mayoritas setiap orang. Hampir semua orang ingin hidupnya sukses. Namun, untuk mencapainya tidaklah mudah. Perlu semangat juang, sifat pantang menyerah, serta konsistensi yang tinggi.
Perlu ditekankan, sukses sejatinya tak bisa didapatkan dengan cara instan. Ada hal yang harus diperjuangkan dan dikorbankan untuk mencapai kesuksesan.
Itulah mengapa setiap orang harus tahan uji karena dalam perjalanan menggapai kesuksesan, ada kalanya, cobaan dan rintangan berat datang menghampiri.
Saat sedang merasa tertekan, berbeban berat, merasa tak bersemangat dan tak bergairah, yakinlah bahwa apa yang di perjuangkan saat ini tidak akan mengkhianatimu. Usaha dan kerja kerasmu akan mengantarkanmu pada tujuan akhir yang membuatmu lupa akan kerasnya hidup yang kau jalani dulu.
“Sukses adalah milik mereka yang rajin dan giat bekerja”
Rajin dan giat adalah kata-kata yang pantas diberikan untuk Arifudin Jalil atau yang kerap disapa Arjal selaku Rektor STIT International Muhammadiyah Batam. Kesuksesaan yang ia raih kini berkat dari usaha dan kerja keras nya selama ini. Dilatarbelakangi kehidupan yang sulit semasa kecil tak membuatnya menyerah begitu saja.
Kehidupan Arifudin Kecil
Arifudin Jalil S.Ag, M.I.Kom lahir pada 12 Desember 1974 di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Ia lahir dari keluarga yang kurang mampu. Ia dibesarkan oleh ayah (Alm) yang hanyalah seorang petani, sedangkan ibunya hanyalah pedagang kecil-kecilan.
Arjal kecil tumbuh dan mengenyam pendidikan di Jeneponto. Ia besar dari kelurga yang kurang mampu. Pahitnya akan memendam keinginan sering kali ia rasakan. Semasa lebaran tiba, ia dan saudaranya yang lain sering kali tak memiliki baju baru untuk merayakan hari raya.
Siapa yang tak tahu khas dari lebaran? Ya, baju baru dan kue-kue yang nikmat menghiasi hari istimewa itu. Namun hal itu tak berlaku bagi Arifudin dan kelurga. Mereka hanya mengenakan pakaian yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya di hari raya umat muslim itu. Perasaan sedih, malu, dengan mata yang berkaca-kaca menghiasi wajah Arifudin kecil saat itu.
“Dulu kalo lebaran sering tidak bisa beli baju baru. Liat anak-anak lain pake baju baru, saya diam aja dirumah karena malu. Maklum dikampungkan identik dengan baju baru kalo lebarankan,” tutur Arifudin.
Arjal menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di kampungnya, Jeneponto. Dirinya merupakan alumni dari SD Inpres Paranglabbua.
Jalan kaki sejauh 5 KM unutk berangkat sekolah merupakan hal yang biasa bagi seorang Arifudin. Panas kala berjalan, letih karena jarak serta kulit yang menggelap dibawah terik matahari tak mematahkan semangat pria itu. Bahkan, ia kerap membantu orang tuanya berkebun, mencangkul, menggarap sawah dan pekerjaan bertani lainnya.
“Mungkin kalo anak sekarang disuruh mandi, belajar, dan tidur. Namun berbeda dengan kami dulu. Saya berpikir, kalo saya tidak seperti ini ya kasian orang tua saya,” ujar Arjal.
Lahir dari orang tua yang tidak memiliki background pendidikan, lantas tidak membuat Arifudin lalai akan sekolah. Memiliki pemikiran maju untuk terus belajar serta keinginan untuk menjadi orang yang sukses kedepannya merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada dirinya. Pemikiran yang sangat jauh berbeda dengan teman-teman sebayanya yang masih kecil. Dirinya tak ingin mengikuti jejak sang Ayah untuk menjadi petani. Ia menginginkan kehidupan yang baik dimasa depan.
“Saya tidak sanggup jadi petani terus. Meskipun memiliki pemikiran seperti itu, saya tetap membantu orang tua saya di kebun. Karena saya selalu ingin membantu orang tua saya, kasihan melihat mereka yang harus bertani setiap hari,” lirih Arifudin pilu mengenang masa sulitnya.
Arifudin tidak ingin menjadi seperti saudara-saudara dan tetangga nya yang memiliki mindset untuk menikah setelah tamat SD. Hanya bertani dan mengelola sawah setelah menikah bukanlah goal yang ia inginkan. Dikala teman-teman sebayanya senang untuk tidak masuk sekolah, justru Arjal kecil akan merasa ada sesuatu yang hilang dijiwanya jika tak datang ke tempat favorit nya itu.
“Saya tidak mau satu hari pun tidak datang ke sekolah. Kalo teman-teman saya waktu itu tidak sekolah, mereka senang. Mereka senang datang kekebun, bertani, dari pada pergi kesekolah. Kalau saya tidak seperti itu. Saya akan menangis jika satu hari aja tidak sekolah, saya merasa ada yang hilang jika tak sekolah,” tutur Arjal silu.
Tampak jelas perbedaan pemikiran Arjal dengan teman-temannya dikampung yang kurang perduli terhadap pendidikan.
Dikarenakan keperduliannya yang tinggi terhadap masa depan, timbul dalam hati kecilnya keinginan kuat untuk menjadi orang yang sukses, orang yang fasih berbicara didepan umum, orang yang bisa memberikan masukan kepada orang lain serta menjadi orang yang tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah saat dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang sulit.
Suatu ketika, Arjal pernah mendengar nasihat dari guru Agama di sekolahnya. Sang guru memotivasi dirinya untuk terus menuntut ilmu dan jadi anak yang cerdas. Akibat keperdulian gurunya terhadap Arifudin yang tak hanya giat namun juga anak yang cerdas, ia diajarkan bagaimana cara berpidato didepan umum serta disiapkan konsep pidato yang sesuai dengan umur nya kala itu.
Belajar dan terus belajar dengan giat, akhirnya Arifudin berhasil untuk dapat berdiri didepan banyak orang tanpa takut dan menyampaikan pidatonya.
“Waktu itu pidato di depan orang tua, guru dan murid-murid lainnya. Saya beriri dengan gagah di mimbar memberikan ceramah, ya meskipun masih pegang kertas waktu itu. Akhirnya, kelas lima SD bahkan sampai kuliah, saya sudah terbiasa memberikan pidato,” ungkap pria berkumis tipi itu.
Terlepas dari itu semua, cemoohan dari tetangga bahkan dari keluarga dekatnya kerap kali terdengar ditelinga Arifudin. Jiwa orang pedesaan yang berbeda dengannya membuat ia sering menjadi bahan perbincangan bagi sejumlah orang yang tinggal dekat dengannya. Keinginan Arifudin untuk sekolah dan menjadi orang sukses dianggap terlalu tinggi serta hal yang mustahil. Namun hinaan orang-orang terdekatnya itu dijadikannya pil pahit serta cambukan yang membuatnya untuk terus berusaha dan pantang menyerah.
“Dulu mereka bilang kalo orang tua saya cuma petani yang sawahnya cuman berapa hektar, mana mampu kuliahin saya. Mereka bilang kalo nanti ditengah jalan pasti berhenti. Tapi, saya tanamkan dalam diri saya kalo saya tidak boleh mengalah. Apapun saya lakukan, yang penting saya sekolah,” ujar Arifudin yang mengenakan kemeja batik panjang saat hadiri sesi wawancara di Owntalk.
Pengalaman pahit terus ia rasakan akibat ekonomi yang tidak memadai. Meskipun begitu, Arifudin tetap dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia mengenyam pendidikan di SMP N Kelara dan melanjutkan sekolahnya ke MAN Binamu. Semangat, kegigihan, keinginan yang kuat serta dukungan dari orang tua membuat Arifudin tetap dapat bertahan sampai sejauh ini. Ia juga sangat berterima kasih pada orang tuanya yang tak pernah memaksanya untuk selalu kesawah.
“Kamu bantu semampunya saja, tapi kamu harus tetap sekolah,” ujar Arifudin sembari mengenang kata-kata dari orang tuanya.
Setelah menamatkan sekolah nya di MAN Binamu, Arifudin melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi IAIN Alauddin pada Jurusan komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah. Kali ini ia merantau ke Makassar untuk melanjutkan kuliahnya dan membuktikan kepada semua orang yang telah menghinanya bahwa ia mampu berkuliah seperti apa yang diharapkannya.
”Alhamdulillah, Sampai saya kuliah, orang tua saya tidak pernah menggadaikan tanah. Saya mampu berkuliah saat itu. Saya percaya dengan pertolongan Tuhan yang Maha Kuasa” ceritanya dengan rasa syukur.
Selama kuliah, Arifudin aktif dalam beberapa organisasi di kampusnya. Ia pernah menjabat sebagai Kabid Organisasi Komisariat IMM Fakultas Dakwah, Sekretaris Senat Mahasiswa serta Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI. Menurutnya, proses mendewasakan diri bukan hanya melalui pengalaman-pengalam hidup ataupun pembelajaran secara khusus. Namun berorganisasi juga merupakan salah satu proses pendewasaan diri.
”Bergabung dengan organisasi itu adalah sebuah proses untuk mendewasakan diri” jelasnya.
Arifudin dan kota Batam
Arifudin Hijrah ke Batam pada tahun 2000 tepatnya pada tanggal 13 Agustus menjelang perayaan hut kemerdekaan.
Hijrah nya itu berawal dari perintah sebuah yayasan Nurul Iman di Makassar untuk mencari donatur dalam rangka membangun Masjid. Menurutnya, orang Bugis dan Makassar banyak tersebar dikota Batam sehingga Arifudin dan team meilih Batam sebagai tempat mencari pundi-pundi rupiah guna membangun masjid.
Mereka berangkat ke Batam dibiayai oleh yayasan dengan menaiki kapal selama lima jam perjalanan. Disana, ia banyak bertemu dengan orang-orang Bugis dan Makassar yang telah banyak menjadi pengusaha. Orang-orang itu merupakan donatur untuk kegiatan amal yang sedang mereka kerjakan. Arifudin dan tim mendapat banyak anggaran dari hasil galangan dana yang mereka lakukan saat itu.
Melihat kota Batam yang terdapat banyak industry serta infrastruktur prasarana membuat wawasan Arifudin terbuka. Ia menyadari bahwa Batam merupakan kota yang hebat dan maju.
“Saya tercengang, ternyata Batam adalah daerah hebat dan maju” ujar pria berkulit sawo matang itu.
Dari sana, ia mulai tertarik untuk mencari pekerjaan. Akhirnya Arifudin memutuskan untuk memasukkan lamarannya ke salah satu perusahaan di Batam, yakni di perusahaan Jawa Pos Group (Pos Metro). Ia memilih bekerja di media dikarenakan latar belakang pendidikan Jurnalistik dan Ilmu Komunikasi yang pernah ia jalani selama 2 semseter.
Tanpa pikir panjang, Arifudin langsung mengikuti tes yang diadakan pada saat itu. Betapa senangnya Arifduin saat dinyatakan lulus menjadi wartawan di perusahaan itu. diketahui, dirinya belum genap satu bulan di Batam dan langsung mendapatkan pekerjaan disatu-satunya perusahaan yang ia lamar saat itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Makassar karena ia telah memiliki pekerjaan.
Ia merupakan wartawan kriminal, yang kemudian berubah menjadi wartawan politik. Dirinya meng handle bagian koran kriminal namun ditempatkan di liputan bahana politik. Profesi sebagai wartawan digelutinya selama sepuluh tahun terhitung dari tahun 2000 hingga 2010. Waktu yang terbilang cukup lama.
Berbagai godaanpun muncul untuk menguggah jiwa Arifudin. Tak tanggung-tanggung, beberapa pejabat pernah menawarinya untuk bekerja sebagai PNS. Mengingat media tempat ia bekerja banyak menjalin relasi baik dengan beberapa pejabat yang ada di kota Batam. Namun tawaran itu tak menggugah hati Arifudin untuk berpindah profesi.
“Pejabat itu bilang sama saya, kamu gak mau beralih profesi? Terus saya bilang, asik jadi wartawan. Banyak sahabat, banyak ilmu, wawasan bertambah, dan banyak relasi juga” jelas pria bersuku Bugis itu.
Selama menjadi wartawan, Arifudin dikenal dengan kejujurannya. Ia tak pernah sama sekali menerima suap untuk beritanya. Dirinya pernah ditawari oleh “oknum” pemerintahan untuk mengharumkan namanya dengan menawarkan harga yang fantastic. Tidak! Itulah kalimat yang keluar dari mulut Arifudin kala itu. Ia berpesan untuk menghentikan aksi curang dari “oknum” pemerintahan itu, maka ia akan menghentikan tulisannya.
“Dia minta berapa sih? Biar saya bayar. Kata teman dari Pejabat itu kepada saya. Lalu saya menjawab, kalau saya minta, yakin kamu tidak akan sanggup membayarnya, karena ketika anda memberi saya uang itu, maka saya akan berhenti jadi wartawan dan saya langsung pulang kampung” ujar Arifudin dengan nada lantang.
Setelah lama berkiprah didunia jurnalistik. Akhirnya pada tahun 2010, ia mengikuti seleksi komisi informasi provinsi Kepulauan Riau. Menurutnya, pengalaman dirinya di dunia Jurnalistik sudah cukup. Saatnya ia harus bergabung disebuah lembaga yang tentunya ide-ide dan pengalaman sebagai wartawan seorang Arifudin lebih dibutuhkan saat itu.
Komisi Informasi merupakan lembaga publik yang dimana lembaga itu juga ada sedikit banyaknya keterkaitan dengan dunia wartawan. Sebuah lembaga yang menjamin tentang transparansi (keterbukaan) informasi public dan tentang hak-hak dalam mendapatkan informasi publik.
Arifudin melihat celah untuk dapat berkembang di Komisi Informasi. Menimbang pada usia 35 tahun, ia telah menjabat sebagai Redpel (Redaktur Pelaksana) di Pos Metro. Akhirnya, memilih komifi informasi sebagai pilihannya dan meninggalkan perusahaan media berita yang telah ia lakoni selama sepuluh tahun lamanya.
“Karena tidak boleh merangkap kerja di Jawa pos dan komisi informasi. Saya coba Tanya ke pak Rida Kaliamsi saat itu kalo saya mau cuti diluar tanggungan. Gak digaji maksud saya kan. Tapi ternyata tidak bisa dan pak Rida menyuruh saya untuk memilih tetap digroup ini atau masuk di Komisi Informasi. Akhirnya saya pilih Komisi Informasi” Jelas Arifudin.
Satu periode, Arifudin diberi amanah sekaligus untuk menjabat sebagai ketua komisi informasi Provinsi Kepri kala itu. Dirinya menggunakan kewenangannya untuk semua informasi yang boleh dibuka menurut Undang-Undang. keberpihakan Arifudin kala itu mengingat bahwa saat menjadi wartawan, dirinya pernah kesulitan untuk mendapatkan informasi seputar APBD yang sudah dibahas.
”Dulu saya sampai harus kucing-kucingan. Harus memiliki relasi baru bisa mendapatkan data dan informasi APBD. Informasi serupa itu dianggap barang langka, yang tidak boleh semua orang mengetahui itu. Padahal itu, informasi yang seharusnya terbuka” ujar suami dari Eni Midiarti itu.
Walaupun Komisi Informasi merupakan lembaga baru pada masa itu, berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang “Keterbukaan Informasi Publik”. Arjal mencoba membangun komunikasi jaringan serta mendapat dukungan dari pemerintah untuk mulai pelan-pelan membuka diri mengenai informasi-informasi publik.
“Jadi saya bilang sama pak Gubernur, bupati, walikota dan seluruh yang ada di Kepri ini bahwa ini adalah eranya transparansi. Ini eranya keterbukaan. Tidak boleh lagi ada yang ditutup-tutupi seperti saya jadi wartawan dulu” tambahnya.
Arifudin bekerja di Komisi Informasi selama 2 periode (2010-2014 dan 2014-2018). Mimpi-mimpinya sebagian besar dikomisi informasi sudah bisa ia dan team wujudkan.
Saat ini, dirinya menjabat sebagai dosen dan ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT International Muhammadiyah Batam). Kampus yang didirikannya beserta tim atas nama Organisasi Muhammadiyah pada tahun 2019 dan sekarang memasuki tahun kedua penerminaan penerimaan mahasiswa baru.
Tercatat, selama di batam, Arifudin banyak mengikuti organisasi-organisasi. Mulai dari Ketua Umum Ikatan Da’I Muda Kota Batam, Wakil Ketua KNPI Kota Batam, Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah, Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Kepri, Bendahara PP Pemuda Muhammadiyah dan Sekretaris PWM Kepri.
“Gabung organisasi itu bnyak teman, banyak silaturahmi, banyak rezeki, menambah wawasan serta panjang umur” jelas ayah dari dua orang anak itu.
Pada tahun 2019, ia bergabung di partai Gerindra dan menjabat sebagai sekretaris 1. Dirinya lalu mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pada tahun itu namun gagal.
Dirinya mengakui ingin merasakan bagaimana rasanya jadi politisi serta mempraktikkan secara langsung dari Thesis S2 nya mengenai Peran Komunikator Politik dalam Mendulang Suara. Alasan lain mengapa ia bergabung keduni politik juga dikarenakan keadaan politik saat itu sedang tak baik. Sehingga dirinya merasa harus hadir dipanggung poltik pada saat itu.
Itulah sosok seorang Arifudin Jalil yang tak kenal lelah mengejar mimpinya meskipun mendapat hinaan dan omongan yang tak sedap dari orang-orang yang berada dikampungnya dulu.
“Bukan soal tidak mampu. Namun, masalah mindset”
Riwayat Pendidikan Formal:
- Tahun 1982-1988 : SD Inpres Paranglabbua
- Tahun 1988-1991 : SMP Negeri Kelara
- Tahun 1991-1994 : MAN Binamu
- Tahun 1994-1999 : IAIN Alauddin Makassar
- Tahun 2012-2015 : S2 Universitas Muhammadiyah Jakarta (Ilmu Komunikasi)
Riwayat Pendidikan Non Formal:
- Tahun 2004 : Pembinaan Da’I Muda; Pemko Batam di Batam
- Tahun 2007 : Safari Jurnalistik: Profesional, Berwawasan dan Beretika; PWI Kepri di Batam
- Tahun 2008 : Panelis Rating Publik II: Menuju Televisi Ramah Keluarga; Yayasan Sains Estetika dan Teknologi, Yayasan TIFA, dan IJTI, Jakarta
- Tahun 2009 : Lokakarya Peliputan Investigatif APBD dan Pelayanan Publik; UNESCO dan Lembaga Pers Dr. Soetomo di Batam
- Tahun 2011 : Pelatihan Bahasa Arab; LPBA El-Ankabut di Batam
- Tahun 2012 : Pendidikan Sertifikasi Mediator; Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT) di Jakarta.
- Tahun 2012 : Peserta Pengkajian Ramadhan 1433 H; PP Muhammadiyah di Yogyakarta.
- Tahun 2013 : Diklatsar Kokam PP Pemuda Muhammadiyah di Bandung
- Tahun 2016 : Peserta Konvensi Anti Korupsi; PP Pemuda Muhammadiyah, di Jakarta
- Tahun 2016 : Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan; PP Muhammadiyah di Yogyakarta
- Tahun 2018 : Peserta Rakor Pengembangan Kelembagaan dan Internalisasi Al Islam dan Kemuhammadiyahan di Ma’had dan PTM, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah di Yogyakarta
Riwayat Pengkaderan:
- Tahun 1994 : Darul Arqam Dasar, Komisariat IMM Fak. Dakwah IAIN Alauddin Makassar di Takmirul Masajid, Makassar.
- Tahun 2011 : Baitul Arqam Menengah; PW Pemuda Muhammadiyah Kepri di Asrama Haji Batam.
- Tahun 2012 : Baitul Arqam Paripurna; PP Pemuda Muhammadiyah di Kampus Uhamka Jakarta.
Riwayat Organisasi:
- Tahun 1996-1997 : Kabid Organisasi Komisariat IMM Fak.Dakwah IAIN Alauddin Makassar
- Tahun 1996-1997 : Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI Fak. Dakwah IAIN Alauddin Makassar.
- Tahun 1997-1999 : Sekretaris Senat Mahasiswa Fak. Dakwah IAIN Alauddin Makassar.
- Tahun 2004-2007 : Ketua Umum Ikatan Da’I Muda Kota Batam
- Tahun 2005-2008 : Wakil Ketua KNPI Kota Batam
- Tahun 2006-2010 : Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah
- Tahun 2010-2014 : Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Kepri
- Tahun 2014-2018 : Bendahara PP Pemuda Muhammadiyah
- Tahun 2015-2020 : Sekretaris PWM Kepri
- Tahun 2017-2021 : Ketua STIT Internasional Muhammadiyah Batam
- Tahun 2017-2022 : Ketua Umum KKT Kota Batam
- Tahun 2020-2025 : Dewan Pakar Persatuan Muballigh Batam
Riwayat Pekerjaan:
- Tahun 2000-2010 : Wartawan Batam Pos Grup
- Tahun 2005-2006 : Anggota Panwas Pilkada Provinsi Kepri
- Tahun 2010-2014 : Ketua Komisi Informasi Provinsi Kepri
- Tahun 2014-2018 : Ketua Komisi Informasi Provinsi Kepri
- Tahun 2019 sampai sekarang : Dosen STIT Internasional Muhammadiyah Batam.
- Tahun 2020 sampai sekarang : Tenaga Ahli Pimpinan DPRD Kota Batam
Ditulis Oleh : Juni Zarlina