Candra Ibrahim, ketua PWI Kepri Periode 2018-2023, adalah Pria yang lahir pada 14 Oktober 1972 di Midai, sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Natuna. Ayahnya bernama Ibrahim HS adalah seorang pedagang dan penjahit, sedangkan ibunya, Halijah (alm), adalah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pembuat kue jajanan.
Candra menikah dengan Sandra Mepa, SE, MM dan telah dikarunia 3 orang anak yakni, Bintana Putera Casandra (19), Naufal Anugerah Ramadhan (15), dan Chika Kasih Chairunnisa (5).
Midai saat itu dikenal sebagai tempat tujuan perantau, hal itu dibuktikan dengan banyaknya perantau yang akhirnya menetap dan tinggal di pulau tersebut. Orang tua Candra sendiri merupakan orang Kampar yang juga turut merantau ke Pulau itu sejak masih kanan-kanak.
Candra Ibrahim lahir dari keluarga sederhana, Sebagai orang yang lahir dari kecamatan kecil di kepulauan perbatasan tersebut, barangtentu infrastruktur pendidikan juga belum tercukupi, jenjang pendidikan saat itu hanya sampai pada tahap SMP dan MTS saja. itulah alasan utama mengapa Candra harus rela bepindah kota ke Pekanbaru pada tahun 1988 untuk memperoleh pendidikan lamnjutan SMA nya.
“Saya besar dan lahir di Midai, Natuna. TK, SD sampai SMP disitu” Ujar dia pada Owntalk.
Tiba di Pekanbaru, Candra ternyata mampu bersaing dengan anak-anak disana dan masuk ke salah satu sekolah unggulan saat itu, yakni SMA 6
“Saya masuk SMA unggulan pada saat itu, yaitu SMA 6 yang kemudian berubah nama sekarang menjadi SMU 8” kisah dia
Selepas lulus SMA 6, Candra memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Sarjananya di Universitas Riau dan berhasil mendapatkan Gelar sarjana (S1) Fakultas Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan di Pekanbaru.
Baca Juga :
- Viral Video Ancam “Sikat” Dewan, DPRD Batam Akan Panggil Abi Terkait Kasus Teluk Bakau
- PT Timah Gelar Makan Bergizi Gratis di Sambut Antusias oleh Pelajar Dan Sekolah
- Jadwal Pelayaran KM Tidar Desember 2024: Rute Flores & Ambon
Candra dan Wartawan Olahraga
Selain kuliah di UNRI, sejak SMA, Candra juga aktif mengirimkan tulisan-tulisan nya ke Riau Pos dan beberapa koran/majalah ibukota.
Dia mulai menyukai dunia kepenulisan karena keseringan membaca buku diary ayahnya secara diam-diam. “Banyak tulisan ayah dengan menggunakan bahasa-bahasa sastrawi yang membuat saya terus tertarik mengikuti tulisan itu.” ujar pria berusia 48 tahun itu.
Alasan lain mengapa Candra Ibrahim tertarik di dunia jurnalistik selain dari tulisan ayahnya adalah kakak sepupunya, Haji Sofian Samsir (Alm), merupakan salah satu senior di media Riau Pos yang sering mengirimkan tulisan-tulisannya ke kampung halaman di Midai.
” Saat itu Midai dipenuhi koran-koran dari luar, Saat tulisan Beliau (Sofyan) yang dimuat di Riau Pos dan dikirimkan ke Kampung, itu dibaca banyak orang, dan Beliu sangat populer karena tulisan itu,” kata Candra mengenang masa itu.
Baca Halaman Selanjutnya …