Opini  

Integritas Diri

berita terkini batam
(foto: owntalk)

(Diolah dari berbagai sumber)
Oleh: Atanasius Dula, S.A.P
Sekretaris KEKAL Batam

Ada yang unik di dalam diri manusia, yakni kemampuannya untuk bertahan memegang prinsip di tengah terjangan badai kehidupan. Ia bertahan walau terus dalam tegangan. Ia berpegang teguh walaupun terus diguncang krisis harapan. Bahkan ia rela mati, demi suatu keyakinan.

Inilah yang kiranya membuat para pejuang kemerdekaan Indonesia bertahan di tengah badai peluru tentara kolonial. Inilah yang membuat para religius bertahan di tengah dunia yang semakin banal. Inilah yang membuat para martir agama tetap yakin tak tergoyahkan. Dan ini juga yang membuat orang tua membanting tulang memberikan anaknya kehidupan. Dan
energi di balik itu semua adalah integritas diri.

Integritas adalah sikap batin yang kokoh memegang prinsip di tengah situasi sesulit apapun. Integritas adalah keyakinan tak tergoyahkan. Integritas lahir dari permenungan mendalam pada beragam peristiwa kehidupan. Integritas berkembang di dalam benturan kenyataan.

Mengawali kepemimpinannya di periode kedua, Jokowi, Presiden terpilih mengumumkan goal pembangunan Indonesia yang difokuskan pada sektor sumber daya manusia. Pembangunan mentalitas individu yang menurut hemat penulis, pusat dari pembangunan mentalitas adalah pembangunan integritas.

Hidup yang penuh dengan integritas akan seringkali berhadapan dengan dilema. Apakah orang akan berpegang pada prinsip, ketika prinsip itu mungkin saja akan membunuh diri nya? Ketika prinsip itu mungkin saja mengorbankan karier nya? Ketika prinsip itu bisa dengan mudah diganti dengan keuntungan material nan memikat mata?

Situasi semacam itu acapkali menciptakan konflik batin. Tak pelak hati tersiksa berhadapan dengan tekanan sistem. Namun integritas mengandung misteri, yakni ia tak mati ditekan situasi. Di dalam dilema dan konflik, ia justru semakin terasah dan teruji. Tanpa konflik batin dan upaya untuk memaknainya, orang akan hanyut di sungai-sungai kehidupan, dan integritas akan semakin jauh dari dirinya.

Integritas, Keras kepala, dan Fundamentalis

Perlu disadari bahwa integritas berbeda dengan sikap keras kepala. Integritas adalah paradoks yang berakar pada hidup yang bijaksana. Di satu sisi keteguhan prinsip tetap menyala. Namun di sisi lain fleksibilitas dalam penerapan yang berakar pada konteks tetap ada.

Maka integritas juga berbeda dengan sikap mental fundamentalis. Sikap fundamentalis lahir dari hidup yang tak dikaji secara mendalam, dan secara perlahan membuat hati nurani terkikis. Sikap fundamentalis tak mengenal fleksibilitas dan konteks dalam penerapan. Sementara mental integritas justru memberi ruang cukup besar bagi kebebasan, namun dalam rambu-rambu prinsip yang tak tergoyahkan.

Sebagian di antara kita barangkali tidak memahami pembedaan yang tipis ini. Integritas disamakan dengan sikap keras kepala dan bangga diri. Integritas disamakan dengan sikap tak berpikir dalam menerapkan suatu ajaran. Yang tercipta kemudian adalah masyarakat keras kepala, irasional, dan anti perubahan. Ingatlah bahwa integritas berbeda dengan kebebalan.

Maka pembedaan antara integritas, sikap keras kepala, dan mental fundamentalis perlu untuk dipahami dan dihayati . Jika tidak kita akan terjebak pada lingkaran kebebalan. Kebebalan akan membuat kita tak bisa membaca gerak jaman. Ia pun akan ditinggalkan oleh kereta kemajuan.

Integritas, Otonom dan Otentisitas

Orang yang hidup dengan integritas juga memiliki otonomi dan otentisitas. Prasyarat dari kedua hal ini adalah kebebasan. Otonomi adalah kemampuan diri untuk menentukan apa yang baik dan buruk seturut keadaan. Sementara otentisitas adalah kemampuan untuk mengenali diri secara penuh, dan hidup mengikuti panggilan hati yang tak terkatakan.

Orang yang memiliki integritas memiliki otonomi untuk menentukan secara mandiri apa yang baik dan benar untuk dilakukan. Orang yang memiliki integritas paham akan dorongan-dorongan dirinya, baik yang terkatakan maupun yang tak terkatakan. Ia hidup mengikuti panggilan hatinya. Di dalam proses itu, ia memberikan kontribusi nyata pada masyarakat yang membutuhkannya.

Untuk membangun integritas orang perlu juga berbarengan membangun otonomi dan otentisitas diri. Orang perlu menggunakan pikiran untuk menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan berhadapan dengan situasi. Orang perlu menggunakan keseluruhan diri untuk mengenali panggilan hidupnya, dan mengikutinya tanpa ragu. Hanya dengan begitu integritas yang sejati bisa tercipta, dan orang bisa bahagia menjalani hidup yang tidak semu.

Integritas Individu dalam Organisasi

Budaya unggul dalam organisasi juga membutuhkan sikap integritas dari individu-individu yang terkait di dalamnya. Integritas lahir dari kebebasan yang dewasa. Kedua hal itu menghasilkan inovasi yang bermakna untuk organisasi dan masyarakat. Organisasi tidak hanya menyediakan mata pencaharian bagi anggotanya, tetapi juga makna yang meningkatkan kualitas hidupnya.

Banyak organisasi bagaikan hidup segan mati tak mau. Semuanya sekadar rutinitas dan kewajiban, tanpa roh yang menjiwai. Inovasi mati, dan bahkan justru dianggap sebagai alergi yang harus dihindari. Ini semua terjadi karena individu di dalam organisasi hidup tanpa integritas. Mereka memiliki mental ikut arus. Mereka tidak mengenali dan mengembangkan kemampuan diri.

Untuk mencegah pengeroposan organisasi lebih jauh, maka prinsip utama dan pertama pengembangan di dalam organisasi adalah penciptaan dan pelestarian integritas diri.

Esensi dari integritas adalah otonomi dan otentisitas. Keduanya hanya terbangun di dalam iklim kebebasan. Di titik ini kebebasan tidak berarti kebebasan tanpa aturan. Kebebasan dalam konteks integritas adalah kebebasan yang dibalut dengan prinsip-prinsip hidup yang tak tergoyahkan.

Maka yang perlu diciptakan adalah iklim kebebasan berpikir dan berekspresi yang dibalut dengan prinsip-prinsip yang mendalam. Iklim perbedaan sudut pandang harus diciptakan, dan disertai dengan argumentasi rasional yang mendasari masing-masing perbedaan. Kebebasan berekspresi harus ditonjolkan dalam bentuk kemerdekaan berpendapat, dan keberanian menampilkan citra diri seutuhnya. Hanya di dalam iklim semacam itulah integritas bisa tumbuh dan berkembang.

Integritas bukan buih moral tanpa makna. Integritas adalah soal eksistensi kita sebagai manusia. Meremehkannya sama dengan menggiring kita perlahan menuju kehancuran. Integritas adalah lembar tipis yang memisahkan kita dari ketiadaan.

(Artikel ini pernah dimuat di media BaPuSe)

Exit mobile version