Jakarta, Owntalk.co.id – Wanto Sugito Ketua DPC PDI Perjuangan, Kota Tangerang Selatan angkat suara terkait tuduhan politik dinasti oleh elite Demokrat atas pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilwakot Solo. Wanto menilai tuduhan elite Demokrat itu seakan menepuk wajah Susilo Bambang Yudhoyono.
“Kami heran dengan sejumlah pernyataan elite Demokrat yang muncul di media maupun medsos. Kenapa petinggi Demokrat harus repot mempertanyakan soal penetapan Gibran Rakabuming sebagai calon Wali Kota Solo yang diusung PDI Perjuangan,” kata Wanto, seperti dilansir dari jpnn
Sekretaris Jenderal Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) ini juga melihat SBY saat menjabat sebagai Presiden Keenam RI itu banyak menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan partai
“Apa perlu dibuka jejak digital, saat SBY di istana kerap bicara tentang Partai Demokrat?” sambung Wanto.
Dia menyarankan Demokrat lebih baik mengurusi dapur sendiri dibanding ikut campur urusan PDIP.
Sebab, Wanto melihat adanya pemberitaan bahwa penetapan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi digugat pendirinya.
Di antara pendirinya adalah Subur Sembiring, Hengki Luntungan, Murtada Sinuraya yang tergabung dalam FKPD (Forum Komunikasi Pendiri dan deklarator) Partai Demokrat.
“Jadi lebih baik Demokrat fokus dulu di internalnya dan mempersiapkan kadernya untuk bertarung di pilkada 2020 daripada meramaikan soal penetapan Gibran,” imbuhnya.
Wanto juga menegaskan bahwa Demokrat seharusnya sadar dan lebih mengintropeksi diri untuk tidak banyak berkomentar sinis tentang penetapan Gibran. Apalagi diketahui bahwa Demokrat tidak memiliki kursi di DPRD Surakarta.
Menurutnya, apa yang dilontarkan ke media dan medsos ibarat pepatah menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri
“Seandainya Pak Jokowi membuka pintu koalisi kepada Demokrat, bisa ditebak SBY akan segera menyodorkan nama AHY masuk ke kabinet. Jadi meributkan dan mengaitkan dinasti politik ibarat menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri,” jelasnya.
Bagi PDI Perjuangan, pengumuman 45 calon kepala daerah oleh Megawati Soekarno putri adalah mandat yang harus dilaksanakan dengan kerja keras demi memenangkan suara rakyat.
“Seharusnya ada kesadaran bahwa cuitan di medsos itu tidak akan memenangkan suara rakyat. Namun, menangis dan tertawa bersama rakyatlah yang membuat kita bahagia,” tutupnya(**)