Batam, Owntalk.co.id –
“Terus bergerak dan melakukan yang terbaik—itulah kuncinya. Jika kau tak pernah berhenti melangkah, semesta akan membuka jalan.”
Kutipan itu bukan sekadar semboyan. Bagi Muhammad Rudi, S.E., itu adalah nafas hidup. Sebuah keyakinan yang menuntunnya melewati lorong-lorong sempit kehidupan dari kampung kecil di Palembang hingga lorong kekuasaan di DPRD Kota Batam. Sosoknya menjadi bukti nyata bahwa tekad dan kerja keras dapat menembus batas sosial dan ekonomi, menumbuhkan harapan bahkan dari tanah yang paling gersang sekalipun.
Muhammad Rudi lahir pada 8 Maret 1971 di Lorong Margoyoso, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, dari pasangan sederhana, Sulaiman dan Sukesih. Ia tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkannya nilai-nilai kesederhanaan dan keuletan. Sejak usia dini, ia sudah terbiasa hidup bersahaja, terbiasa bekerja keras tanpa banyak mengeluh.
Pendidikan dasarnya ia tempuh di YSP Pusri, sebelum melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA di institusi yang sama. Tapi titik balik perjuangan hidupnya justru dimulai ketika ia menempuh kuliah di Fakultas Teknik Industri, Universitas Sunan Giri Surabaya.
Membiayai kuliah sendiri, Rudi menjajakan roti UBM dari gang ke gang, dari pintu ke pintu. Saat hujan turun, ia tak bersembunyi, malah justru menawarkan jasa ojek payung di pasar. Ia tak malu, sebab dalam setiap langkah dan tetes hujan, ia menanam harapan.
“Saya tidak malu, saya hanya sedang berjuang,” ucapnya, mengenang masa-masa itu dengan mata berkaca-kaca.
Selepas kuliah, Rudi merantau ke Batam, kota yang kemudian menjadi medan pengabdiannya. Ia meniti karier dari bawah, bekerja selama satu dekade di PT. NOK Precision Component Batam (NPCB), sebelum akhirnya dipercaya sebagai Manager Produksi di PT. Tristar. Kariernya sempat membawanya ke Jakarta, bergabung dengan Lippo Cikarang, namun panggilan hati untuk kembali ke masyarakat lebih kuat dari ambisi pribadi.
Ia sadar, hidup bukan hanya tentang mengejar penghasilan, tetapi tentang memberi makna. Dan di titik itulah, politik menjadi jalannya.
Pada 2008, Rudi bergabung dengan Partai Gerindra. Bukan karena ambisi kekuasaan, tapi karena ia percaya bahwa politik seharusnya menjadi ruang perjuangan bagi suara-suara yang kerap diabaikan. Sebelum menjabat sebagai anggota dewan, ia telah membuktikan komitmennya dengan membantu warga Taman Lestari memperjuangkan berdirinya sekolah. Kini, di kawasan itu berdiri tiga gedung pendidikan: SD, SMP, dan SMA warisan perjuangan dari seorang warga biasa yang enggan tinggal diam.
Pada 2019, ia dilantik menjadi anggota DPRD Kota Batam. Kepercayaan masyarakat kembali diberikan padanya hingga kini ia menjabat untuk kedua kalinya. Prestasi ini merupakan bukti nyata dukungan dari konstituennya di dapil Batuaji. Lebih dari itu, kini ia menduduki posisi penting sebagai Ketua Komisi III DPRD Kota Batam, sebuah amanah yang membuktikan kepercayaan yang terus bertambah.
Perjalanan politiknya tak selalu mudah. Ia pernah difitnah, dituduh rasis. Namun, ia menjawab tuduhan itu dengan kerja nyata dan konsistensi.
“Membantu rakyat itu bukan kesalahan. Itu amanah. Dan setiap amanah, harus ditunaikan dengan hati,” tegasnya
Hari ini, Muhammad Rudi tak hanya dikenal sebagai anggota dewan, tapi juga sebagai pembina aktif di berbagai organisasi masyarakat seperti Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) dan Ikatan Keluarga Sumatera Selatan (IKSS). Ia bukan politisi musiman yang hanya muncul saat masa kampanye. Ia adalah sosok yang senantiasa hadir, jauh sebelum dipilih, dan tetap hadir setelahnya.
Muhammad Rudi adalah potret dari kemungkinan. Bahwa siapa pun, dari lorong mana pun ia berasal, memiliki peluang untuk bangkit, berjuang, dan menjadi pemimpin. Asal satu syarat dipenuhi: Jangan Pernah Berhenti Melangkah..!!