Istana Garuda yang terletak di Ibu Kota Nusantara (IKN) bukan sekadar simbol keindahan arsitektur, melainkan juga lambang kewibawaan dan kemandirian bangsa Indonesia. Desainnya yang modern dan monumental menggambarkan semangat baru Indonesia sebagai negara yang siap memimpin di era global.
Sebagai bangsa yang besar, masyarakat Indonesia tentu sudah sangat familiar dengan istana-istana kepresidenan yang menjadi tempat kepala negara bekerja dan tinggal bersama keluarganya. Mengacu pada data dari Kementerian Sekretariat Negara, tercatat ada enam Istana Kepresidenan di Indonesia, masing-masing dengan fungsi dan keunikan tersendiri. Istana Merdeka dan Istana Negara, misalnya, berada di jantung ibu kota Jakarta. Istana Bogor dan Istana Cipanas, yang terletak di kawasan sejuk Jawa Barat, menawarkan suasana tenang di tengah hiruk-pikuk kesibukan negara.
Selain itu, terdapat Gedung Agung di Yogyakarta, serta Istana Tampaksiring di Bali, yang berlokasi di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Kecuali Istana Tampaksiring yang dibangun pada era kemerdekaan, lima istana lainnya merupakan peninggalan arsitektur kolonial Belanda yang telah berdiri selama lebih dari dua abad.
Pada tahun 2021, pemerintah Indonesia mencanangkan sebuah visi besar: membangun sebuah ibu kota baru di Kalimantan Timur untuk menggantikan Jakarta. Ibu Kota Nusantara (IKN) resmi ditetapkan sebagai nama kawasan baru yang luasnya mencapai 256.142 hektare.
Kawasan ini dibagi menjadi tiga zonasi utama: Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) yang mencakup Istana Presiden dan Wakil Presiden, kantor-kantor kementerian, dan lembaga negara; Kawasan Ibu Kota Negara, yang mencakup hunian Aparatur Sipil Negara (ASN), fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta pusat penelitian dan pengembangan; serta Kawasan Pengembangan Ibu Kota Negara, yang meliputi pusat konservasi dan permukiman umum.
Salah satu yang menarik perhatian adalah KIPP, terutama dengan kehadiran Istana Presiden dan Wakil Presiden di subzona A1. Ini adalah pertama kalinya Pulau Kalimantan memiliki sebuah Istana Kepresidenan yang dirancang oleh putra-putri terbaik bangsa Indonesia.
Kompleks Istana Kepresidenan di IKN, yang mencakup area seluas 55,7 hektare dengan luas tapak 334.200 meter persegi, terdiri dari berbagai fasilitas seperti lapangan upacara, bangunan istana, kantor presiden, kantor sekretariat presiden, dan bangunan staf khusus presiden.
Di dalam Kompleks Istana Kepresidenan juga terdapat wisma negara, asrama Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), masjid, museum, kebun raya, dan bangunan pemeriksaan tamu. Istana Garuda, yang menjadi bangunan utama, terletak di titik tertinggi IKN, di sebuah bukit dengan ketinggian 88 meter di atas permukaan laut. Istana ini memiliki ciri khas patung burung Garuda raksasa dengan sayap yang membentang.
“Desain Istana Garuda melambangkan pelukan yang mengandung filosofi untuk melindungi bangsa Indonesia,” ujar I Nyoman Nuarta, pematung ternama yang mendesain Kompleks Istana Kepresidenan.
Patung Garuda ini memiliki bobot total 1.398,3 ton dan terbuat dari material kuningan, tembaga, dan galvalum, dengan bentang sayap mencapai 177 meter dan tinggi 77 meter. Di bagian tengah patung terdapat kepala Garuda yang menatap ke depan, simbol dari pandangan Indonesia yang kini bersifat Indonesia-sentris, bukan lagi Jawa-sentris.
Selain Istana Garuda, Kompleks Istana Kepresidenan juga memiliki Istana Negara, yang berada di bagian depan kompleks. Desain Istana Negara di IKN ini meninggalkan kesan kolonial yang selama ini melekat pada istana-istana kepresidenan di Indonesia.
Sebaliknya, Istana Negara IKN menampilkan desain yang megah dengan 34 pilar raksasa berlapis marmer white tassos yang menopang bagian depannya. Istana Negara yang menjadi kediaman resmi presiden ini memiliki luas 56.000 meter persegi dan terdiri dari tiga lantai dengan ketinggian mencapai 40 meter.
Di bagian tengah atas fasad Istana Negara terdapat lambang negara Burung Garuda yang menambah kesan monumental bangunan ini. Lantai istana terbuat dari marmer, parket, dan homogenous tile (HT), dengan lobi yang dihiasi marmer hijau Juparana dan pelapis lantai dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Bagian dinding istana dilapisi beton setebal 20 sentimeter dan dipadukan dengan kayu jati ukir karya seniman Jawa dan Bali yang memiliki kemampuan teknik ukir tingkat tinggi.
Keindahan juga terpancar dari plafon Istana Negara yang menggunakan gipsum, kayu solid, veneer, ukiran kayu, dan tembaga. Pintu-pintu istana sebagian terbuat dari kayu jati solid, sementara sisanya menggunakan bahan anti-peluru dan besi. Jendela-jendela istana dilapisi kaca yang menyerap sinar matahari dan juga anti-peluru.
Istana Negara IKN memiliki 11 ruang, termasuk Ruang Jamuan, Ruang Kegiatan Resmi, Ruang Kredensial, dan Ruang Bendera Pusaka yang difungsikan untuk pertama kali saat Peringatan Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus 2024 di IKN. Selain itu, terdapat Plaza Tamu Agung, Teras atau Lobi Depan, Prefunction, Ruang Audiensi, Ruang Jamuan Ibu Negara, Ruang Tunggu VVIP, dan Ruang Rapat. Bagian atap istana berdesain roof garden dengan lanskap yang dirancang untuk menampung 40 persen tanaman endemik dan 60 persen non-endemik.
Istana Garuda dan Istana Negara di Ibu Kota Nusantara ini bukan hanya menjadi tempat tinggal dan kerja bagi presiden, tetapi juga menjadi simbol dari kebangkitan dan kemandirian Indonesia di masa depan.