banner 728x90

Batik Aromaterapi Madura Mendunia, Tembus Ekspor ke Australia hingga Amerika

Batik Aromaterapi Al-Warist di Bangkalan, Madura. (Dok; Kumparan)

Jakarta, Owntalk.co.id – Memasuki toko Al-Warits di Bangkalan, Madura, seketika kita akan disambut oleh aroma rempah yang memikat. Perpaduan wangi cendana, gaharu, dan rempah-rempah lainnya menyatu dalam kain batik yang unik—batik aromaterapi. Inovasi ini telah mengangkat batik gentongan asal Madura ke kancah internasional.

“Inilah Al-Warits, satu-satunya di dunia yang menciptakan batik aromaterapi. Kami bahkan menerima penghargaan sebagai Wanita Kreatif Dunia di Amerika Serikat pada tahun 2016,” kata Warisatul Hasanah, pemilik Al-Warits, saat menerima kunjungan pada Rabu (14/8).

Perjalanan Warisatul dimulai pada tahun 2008 ketika ia masih berstatus mahasiswa semester dua. Keinginan untuk membiayai kuliahnya sendiri mendorongnya untuk merintis usaha batik.

“Saya memulai dengan menjual batik biasa, dan pada Agustus 2008 saya pergi ke Australia untuk memasarkan batik Madura,” kenangnya.

Namun, upayanya tidak berjalan mulus. Batiknya dianggap mirip lukisan, dan motifnya yang mencolok kurang diminati oleh pasar Australia.

Pengalaman tersebut menjadi titik balik bagi Warits. Ia menyadari bahwa motif batiknya terlalu mencolok dan warna-warnanya terlalu cerah bagi selera pasar luar negeri. Namun, sebuah pengamatan sederhana terhadap kayu cendana yang dihargai di Australia menginspirasi ide brilian.

“Saya berpikir, jika batik saya memiliki aroma cendana yang mereka sukai, mungkin itu bisa diterima di sana,” ungkapnya.

Kembali ke Indonesia, Warits mulai melakukan riset intensif. Meskipun mengalami berbagai kegagalan, seperti batik yang berjamur dan munculnya bercak putih, ia terus berusaha.

Setahun kemudian, lahirlah batik aromaterapi dengan aroma kayu cendana yang tidak hanya wangi, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan, seperti merelaksasi dan mencerdaskan otak, serta meningkatkan kepercayaan diri.

Saat ini, Warits telah mengembangkan batik aromaterapi dengan berbagai aroma, yang dibagi menjadi tiga golongan: anak-anak, remaja, dan dewasa. Untuk anak-anak, ia menghadirkan aroma buah seperti jeruk dan stroberi.

Remaja diberikan wangi eksotis tanpa rempah, sementara dewasa dapat menikmati aroma rempah seperti cengkeh, jahe, cendana, dan melati. “Bunga cempaka, misalnya, memiliki antioksidan yang mampu membunuh bakteri jahat, menjadikan batik aromaterapi ini juga bermanfaat bagi kesehatan,” jelasnya.

Proses menempelkan aroma pada kain batik membutuhkan waktu 3 hingga 6 bulan agar wanginya bisa tahan lama, bahkan hingga 4 tahun. Warits menyesuaikan ketahanan aroma dengan kualitas kain dan menggunakan metode ratus untuk mempertahankan keharumannya.

Warits mengungkapkan bahwa ide aromaterapi ini juga terinspirasi dari kebiasaan orang tua di Madura yang merawat batik mereka dengan sangat hati-hati.

“Ibu dan nenek saya dulu memandikan kain batik dengan kayu dupa setiap malam Jumat. Sekarang, dengan batik aromaterapi, perawatan tersebut menjadi lebih praktis,” katanya.

Warits melihat bisnis batiknya sebagai benang merah yang menghubungkan keluarganya. Ibunya adalah pedagang batik, ayahnya penjahit, dan kakaknya yang pernah bekerja di Korea sering memberi ide tentang teknologi. Kini, melalui Al-Warits, mereka semua berperan dalam usaha keluarga ini.

Tidak hanya keluarga, Warits juga bekerja sama dengan 157 perajin batik dari 4 kabupaten di Madura. Salah satu perajin yang telah lama bergabung dengannya adalah Musrini, yang karya-karyanya telah diekspor hingga ke Amerika.

Batik gentongan, yang merupakan produk unggulan Al-Warits, dikenal dengan kualitas warnanya yang semakin cerah seiring waktu dan dijual dengan harga mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Batik ini dibuat dengan canting terkecil berukuran 0,5 yang memenuhi seluruh sisi kain.

Kesuksesan Warits dalam mengekspor batik tidak lepas dari dukungan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), yang memberikan pelatihan dan pendampingan untuk memperluas pasar internasional. Dengan bantuan operasional dari LPEI, Warits optimis bahwa omzetnya akan mencapai Rp2 miliar pada tahun 2024.

“Prediksi kami, pada tahun 2024 omzet bisa mencapai Rp2 miliar. Ini berkat dukungan dan kerja keras semua pihak, terutama para perajin batik yang telah bekerja sama dengan kami,” pungkas Warits, sambil menatap masa depan cerah bagi Al-Warits dan batik Madura.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *