Batam, Owntalk.co.id – Pelataran Kantor Wali Kota Batam di Batam Centre riuh tak seperti biasanya pada Rabu (17/9/2025) siang. Bukan lagi deru kendaraan dinas, melainkan lautan jaket hijau dan spanduk protes yang membentang. Ratusan pengemudi yang tergabung dalam Aliansi Driver Online Batam (ADOB) memarkir kendaraan mereka, mematikan aplikasi, dan turun ke jalan untuk satu tujuan: menagih janji keadilan.
Dengan mobil komando sebagai panggung orasi, suara mereka menggema, membawa delapan tuntutan yang dianggap sebagai pertaruhan nasib di kerasnya persaingan jalanan. Aksi ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah seruan agar regulasi tidak hanya menjadi macan kertas.
Delapan Poin Pertaruhan Nasib
Pangkal masalahnya, menurut para pengemudi, adalah janji regulasi yang tak kunjung membumi. Tuntutan utama mereka adalah penerapan penuh Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepri Nomor 1080 dan 1113 Tahun 2024 yang mengatur standar tarif. Aturan ini, bagi mereka, adalah payung hukum yang seharusnya melindungi pendapatan mereka, namun terasa mandul di lapangan.
Namun, daftar tuntutan mereka jauh lebih panjang dan tajam:
- Harga Diri Tarif: Mendesak aplikator untuk patuh pada SK Gubernur Kepri dan Keputusan Menteri Perhubungan (KP 667 & KP 1001 Tahun 2022).
- Jaminan Sosial: Menuntut perlindungan BPJS Ketenagakerjaan yang layak bagi semua driver, baik roda dua maupun roda empat.
- Pengawasan Tegas: Meminta pemerintah dan aparat tidak tinggal diam dan aktif mengawasi implementasi aturan.
- Tudingan Kecurangan: Menyorot dugaan permainan akun lisensi bandara ilegal oleh oknum pimpinan perusahaan.
- Skandal Tarif Maxim: Mengendus adanya skandal tarif pada aplikasi Maxim yang merugikan pengemudi.
- Penataan Bandara: Menyerukan penataan ulang sistem transportasi online di Bandara Hang Nadim yang lebih adil.
- Hapus Prioritas: Menolak program prioritas berbasis stiker pada aplikasi Maxim yang dinilai menciptakan kasta di antara sesama driver.
Aksi yang berjalan damai di bawah kawalan aparat ini berujung pada sebuah langkah dialog. Sejumlah perwakilan diundang masuk ke dalam kantor untuk berunding dengan instansi terkait. Kini, harapan mereka tak lagi hanya diteriakkan di jalanan, tetapi dibisikkan di ruang perundingan, menanti respons nyata dari pemerintah dan perusahaan aplikasi.