Oleh: Simon Payung Masan
Takaran keimanan, kehidupan religius seseorang disaat genting menentukan kualitas imannya.
Diakhir sidang kode etik Kompol Cosmas Kaju Gae, dimana ia diminta tanggapan atas putusan sidang kode etik tersebut, ia sempat terdiam sejenak, menarik napas dalam, menahan gejolak emosi yang maha dahsyat dalam dirinya kala itu, menoleh keatas dengan sikap hormat dan diam lalu dilanjutkan dengan momen “tanda salib” sebagaimana ia imani dalam melakukan sesuatu, lalu ia pun berbicara.
Bukan soal inti dan makna pembicaraannya, tetapi disaat ia merasa terpojok oleh dunia, dia merasa ditinggalkan, sendirian, suasana sebuah keputusan akan masa depan pribadi dan keluarga dengan “mantap dan tegar” ia membuat tanda salib sesuai iman yang ia anut, iman Katolik.
Ini memberikan signal betapa teguh imannya akan Dia, dalam suasana dimana ia merasa ditinggalkan dan dicemoohkan oleh dunia, dengan iman kokohnya, ia percaya ada “Dia” yang tak akan pernah ingkar janji.
Bisa juga tanda “salib” yang ia lakukan merupakan perwujudan imannya bahwa “inilah salibku”, yang harus kujalani, titik.
Penyerahan diri total kepada sang “salib” yang ia imani membawa pengharapan sesuai dengan makna “salib itu sendiri” yakni KEMENANGAN.
Tanda-tanda kemenangan dan harapan akan iman yang ia pegang teguh kini sedang diuji dunia.
Harapan dan penuh keyakinan sang salib merupakan wujud pengorbanan dan kemenangan akan segera terwujud.
Tuhan memberkati kita semua..!!!