Penganiayaan ART Asal Sumba di Batam, Tokoh Masyarakat NTT Kutuk Keras Perbuatan Majikan

Foto tokoh masyarakat Flores NTT kota Batam, Simon Payung Masan dan ART korban penganiayaan Majikan.

Batam, Owntalk.co.id — Kasus kekerasan terhadap Asisten Rumah Tangga (ART) kembali mencoreng citra kemanusiaan. Seorang ART bernama Intan, asal Loli Atas, Bondo Maroto, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi korban penganiayaan berat oleh majikannya di kawasan Visade Sukajadi dekat Lapangan Golf, Kota Batam.

Peristiwa memilukan ini terungkap setelah Tim Flobamora Batam, yang merupakan perkumpulan warga NTT di Batam, mendapatkan informasi dan langsung mendatangi rumah majikan pada hari ini untuk melakukan investigasi dan pendampingan terhadap korban.

Menurut keterangan awal, penganiayaan dilakukan tidak hanya oleh majikan perempuan bernama Ibu Ros, tetapi juga melibatkan salah satu rekan kerja korban sesama ART yang diduga turut menyiksa atas perintah majikan. Ironisnya, saat Tim Flobamora tiba di lokasi, majikan laki-laki diketahui melarikan diri, sementara istri majikan berhasil ditemui oleh tim.

Korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis akibat luka-luka yang dideritanya. Saat ini, kasus tersebut sudah ditangani oleh pihak kepolisian untuk proses hukum lebih lanjut.

Tokoh masyarakat Flores NTT Kota Batam, Simon Payung Masan, mengutuk keras tindakan biadab tersebut.

“Mestinya, jika korban dianggap tidak mampu bekerja dengan baik, kembalikan saja ke penyalur. Mengapa harus disiksa seperti ini? Ini perbuatan yang sangat keji dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Tidak ada satu pun alasan yang dapat membenarkan tindakan penyiksaan ini. Majikan yang seharusnya menjadi pelindung justru menjadi pelaku kekejaman yang luar biasa,” tegas Simon, Minggu (22/6/2025) malam.

Simon juga menyoroti pentingnya peran Paguyuban PK NTT kota Batam dalam mengawal kasus ini.

“Saya meminta paguyuban PK NTT Kota Batam untuk turun tangan, memberikan perhatian dan mengawal proses hukum ini secara serius. Ini bukan hanya persoalan individu, tetapi menyangkut martabat kita sebagai masyarakat NTT di perantauan. Kita harus pastikan keadilan ditegakkan,” katanya.

Lebih lanjut, Simon memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian yang sudah bertindak cepat dalam menangani kasus ini.

“Kami mendukung penuh aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas dan menangkap semua pihak yang terlibat, termasuk majikan laki-laki yang melarikan diri. Tidak boleh ada yang kebal hukum. Hukum harus ditegakkan setegak-tegaknya,” ujarnya.

Kasus penganiayaan terhadap pekerja rumah tangga bukan kali pertama terjadi. Kejadian ini kembali menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat terhadap perlindungan hak-hak pekerja rumah tangga, khususnya mereka yang berasal dari daerah-daerah yang kerap mengirimkan tenaga kerja ke luar daerah seperti NTT.

Hingga berita ini diturunkan, polisi masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap para saksi dan pelaku yang sudah diamankan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *