Dinamika Santan di Batam, Stock Aman Harga Melonjak Tajam

Dinamika Santan di Batam, Stock Aman Harga Melonjak Tajam
Dinamika Santan di Batam, Stock Aman Harga Melonjak Tajam

Batam, Owntalk.co.id – Harga santan di Batam membara! Kenaikan harga yang tak terkendali, terutama menjelang Ramadan, membuat para pedagang daging di pasar tradisional menjerit kesakitan. Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam, Elfasi, mengakui bahwa lonjakan permintaan menjadi pemicu utama kenaikan harga yang “gila-gilaan” ini.

“Secara umum, harga santan sebenarnya stabil. Tapi, jangan harap itu terjadi saat Ramadan! Fenomena panic buying membuat harga langsung meroket,” ungkap Elfasi dengan nada geram.

Stok kelapa sebagai bahan baku santan memang aman, tapi itu tidak cukup! Lonjakan permintaan yang “brutal” membuat pasokan kelapa yang biasanya 5 ton per hari, langsung melonjak menjadi 7-8 ton. Akibatnya, harga santan murni kini mencapai Rp46 ribu per kilogram, sementara santan campuran dijual Rp23 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram.

“Kami belum bisa sepenuhnya mengandalkan petani lokal. Kami butuh bantuan dari daerah lain!,” seru Elfasi.

Isu ekspor kelapa juga menjadi bara api yang memperkeruh suasana. Elfasi berjanji akan menelusuri kebenaran informasi tersebut. “Kalau benar ada ekspor, kami akan tindak lanjuti! Jangan sampai kita ekspor, tapi rakyat sendiri kelaparan!” tegasnya.

Kenaikan harga santan ini bukan hanya menyengsarakan konsumen, tapi juga menghancurkan pedagang daging. Soni, salah satu pedagang, mengeluhkan bahwa pembeli langsung kabur ke pasar lain karena harga santan yang “mencekik”. “Harga santan pagi dan siang bisa beda! Lebaran nanti, bisa naik dua kali lipat! Penjualan daging saya langsung terjun bebas!” keluhnya dengan nada putus asa.

Ian, pedagang lainnya, mengakui bahwa santan berkualitas tetap dicari, tapi harga yang “selangit” membuat pembeli berpikir dua kali. “Bikin rendang butuh santan banyak. Kalau harganya mahal begini, siapa yang mau beli daging saya?” ujarnya dengan nada frustrasi.

Disperindag Batam kini sedang menjajaki kerja sama antar daerah untuk menstabilkan pasokan pangan. “Kami sedang merencanakan kerja sama dengan Sumatera Barat, Bukittinggi, Payakumbuh, dan Aceh. Semakin banyak daerah yang ikut, semakin baik!” pungkas Elfasi.

Kenaikan harga santan ini bukan sekadar masalah ekonomi, tapi juga masalah perut rakyat. Pemerintah harus segera bertindak sebelum amarah rakyat meledak!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *