Kelas Menengah Turun Kelas, Tren Wisata Justru Tetap Tinggi

Ilustrasi desa wisata di Indonesia. (Dok; Kemenparekraf)

Jakarta, Owntalk.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan kelas dalam lima tahun terakhir.

Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketidakpastian ekonomi, kenaikan biaya hidup, dan tantangan lainnya.

Meski demikian, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyampaikan bahwa keinginan masyarakat untuk bepergian atau traveling tetap tinggi. Namun, tren wisata kini beralih ke destinasi yang lebih ramah di kantong.

“Yang menarik, walaupun kelas menengah mengalami penurunan, minat untuk traveling masih tinggi. Hanya saja, mereka menyesuaikan dengan anggaran yang lebih terbatas,” ujar Sandiaga saat berbicara dalam Webinar Nasional tiket.com di Wisma Barito Pacific II.

Menurut Sandiaga, baik kelas menengah maupun generasi Z masih menganggap “healing” sebagai kebutuhan prioritas. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga menunjukkan bahwa keinginan untuk traveling tetap kuat, namun dengan fokus pada destinasi yang lebih terjangkau dan dekat.

“Kita melihat dari data yang dikumpulkan, masyarakat masih ingin berwisata, namun mereka lebih memilih destinasi dengan harga yang lebih murah dan lokasi yang lebih dekat,” tambah Sandiaga.

Untuk mengakomodasi perubahan ini, Sandiaga menegaskan bahwa pihaknya tengah mengembangkan potensi desa-desa wisata di Indonesia.

Desa wisata ini diharapkan dapat menawarkan paket-paket wisata yang lebih terjangkau bagi masyarakat, tanpa mengurangi kualitas pengalaman wisata.

“Kami sedang fokus mengembangkan produk wisata desa yang tidak terlalu membebani keuangan wisatawan, sehingga mereka tetap bisa menikmati pengalaman wisata yang autentik dan berkualitas,” jelas Sandiaga.

Dalam pengembangan paket wisata ini, Kemenparekraf tetap mengutamakan aspek personalize, localize, customize, dan smaller in size.

Namun, satu aspek tambahan yang kini menjadi perhatian utama adalah lite on the pocket, mengingat perlambatan ekonomi dan daya beli yang melemah.

“Paket wisata yang lebih terjangkau ini akan semakin diminati oleh milenial dan Gen Z, karena sesuai dengan bujet mereka dan tetap menawarkan pengalaman wisata yang memuaskan,” tutup Sandiaga.

Dengan pendekatan ini, Sandiaga optimistis bahwa pariwisata Indonesia akan tetap berkembang meskipun kondisi ekonomi menantang.

Desa-desa wisata yang berkembang dengan paket yang terjangkau diharapkan dapat menjadi solusi bagi wisatawan yang tetap ingin berlibur tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *