Batam, Owntalk.co.id – usai menerima surat Somasi kedua dan terakhir dari kuasa hukum konsumen, PT Artha Perintis Propertindo melalui Kuasa Hukumnya Tantimin, S.H., M.H., menjelaskan permasalahan jual beli yang terjadi antara kliennya dan konsumen. Hal tersebut disampaikan langsung di Kantor Hukum Tantimin & Rekan di Komplek Indah Permai Center Blok C No 21, Lubuk Baja, Kota Batam pada Jumat (10/11/2023).
Tantimin mengatakan, memang benar Sastra Banjarnahor merupakan konsumen dari kliennya yang membeli rumah di kawasan Diamond Pavilion Cluster Asscher blok N no 6, Batam Center. Pihaknya menanggapi bahwa kliennya sudah menjelaskan semua aturan, hak dan kewajiban baik konsumen maupun developer sesuai prosedur sebelum melakukan penjualan rumah. Jadi tidak ada hal yang di tutupi dalam transaksi tersebut.
“Sebelum melakukan transaki jual beli, Klien Kami, developer sudah menjelaskan secara menyeluruh syaratnya kepada pihak konsumen. Dan konsumen mengatakan ingin membeli rumah dengan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jadi sebelum itu Klien kami meminta kepada konsumen untuk melakukan pembayaran 2 juta sebagai tanda Booking Fee, sekaligus Klien kami membantu melakukan pengecekan BI Cheking si konsumen apakah bisa melakukan pembayaran untuk rumah dengan cara KPR,” ungkapnya.
Lanjut Pengacara Senoir di Kota Batam ini, setelah di cek BI Cheking konsumen, ternyata aman dan memenuhi syarat untuk mengajukan KPR ke Bank sehingga Klien Kami meminta kepada konsumen untuk menambah biaya Booking Fee sebesar 48 Juta. Jadi total yang telah di bayar adalah 50 juta, setelah itu Klien Kami dan Konsumen sepakat mengadakan jual beli rumah Diamond Pavilion Cluster Asscher blok N no 6, Batam Cente dengan menandatangani Surat Pembelian Unit (SPU) sebagai tanda bahwa transaksi telah resmi di lakukan.
“Jadi saat konsumen membayar dana tambahan Boking fee menjadi 50 juta dan menandatangani SPU sebagai bukti dan tanda jadi bahwa kedua belah pihak telah sepakat melakukan transaksi. Jadi SPU merupakan perjanjian atau kontrak antara Klien Kami sebagai Penjual dan konsumen sebagai Pembeli, dan oleh karena itu perjanjian (SPU) merupakan undang-undang bagi kedua pihak untuk dilaksanakan dengan etikat baik, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,” jelasnya.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam ini juga menjelaskan, namun jika setelah itu, ada hal yang membuat Konsumen mungkin keberatan saat mengajukan KPR ke perbankan, Klien Kami sudah berusaha mencari solusi penyelesaian dengan merekomendasikan beberapa bank nasional maupun BPR yang bekerja sama dengan perusahan kliennya. Namun, setelah konsumen melihat bunga yang ditawarkan oleh Bank yang tidak Flat, sesuai keinginan dari Konsumen, sehingga konsumen tidak setuju. Padahal Kliennya telah berusaha semaksimal mungkin mencoba untuk membantu konsumen tersebut, namun usaha Kliennya tidak berhasil karena kembali kepada masalah bunga flat yang di inginkan oleh Konsumen, dan bukan kewenangan dari Kliennya.
“Kami sudah mencoba mengkomunikasikan dengan Pihak Bank bahwa konsumen keberatan dengan bunga bank yang tidak Flat sebelumnya. Setelah itu, pihak bank memberikan keringanan bunga untuk Flat KPR selama 3 tahun pertama dari 15 tahun cicilan. Namun, konsumen tetap tidak menerima hal tersebut dan ingin mendapatkan bunga Bank yang Flat sampai cicilan selesai. Karena mustahil bagi Kami untuk mengatur sistem kerja bank, jadi kami kembali berdiskusi dengan Konsumen,” ujarnya.
Bendahara DPC PERADI Batam tersebut menuturkan, setelah pihak konsumen melalui Kuasa Hukumnya memasukkan surat somasi pertama, pihaknya telah menanggapinya dan telah melakukan satu kali mediasi dengan konsumen. Namun, konsumen mengatakan menolak untuk meneruskan pembelian rumah dan ingin meminta uang Booking fee yang sudah di bayar dikembalikan. Setelah itu, pihaknya memberitahu, bahwa developer akan mengembalikan 10 persen dana konsumen yang sudah masuk untuk pembelian rumah. Karena hal tersebut sudah tertuang di SPU.
“Setelah kami menjelaskan hal tersebut konsumen tetap ingin meminta uang yang dibayar untuk pembelian rumah di kembalikan. Kami juga sudah mengatakan bahwa hanya 10 persen yang akan dikembalikan oleh Klien Kami jika konsumen membatalkan pembelian rumah tersebut,” imbuhnya.
Anggota FKUB Kota Batam ini juga menegaskan, jika konsumen mengatakan tidak mengetahui Soal SPU, adalah hal yang sangat tidak masuk akal. Karena surat SPU itu di tanda tangani oleh kedua belah pihak, dan konsumen sudah membaca seluruh aturan yang ada di SPU, dan ia juga menandatangani setiap halamannya.
“Jadi jika konsumen tidak ingin lagi melanjutkan pembelian rumah dengan Klien Kami, kami persilakan, namun sesuai SPU Klien Kami akan mengembalikan 10 persen dari uang yang telah dibayar oleh konsumen kepada Klien Kami,” pungkasnya.
Tantimin juga menanggapi terkait janji developer yang akan menyelesaikan rumah tersebut pada Desember 2023 sesuai SPU. Ia menjelaskan hal itu benar adanya, dan tertuang di dalam SPU. Namun, di dalam SPU menyebutkan jika Developer tidak dapat menyelesaikan rumahnya sesuai target yang di janjikan, maka developer masih di berikan kesempatan selama 6 bulan tambahan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.
“Hal tersebut tertuang di dalam Surat SPU, jadi pengembang masih memiliki kesempatan untuk menyelesaikan proyeknya dalam jangka waktu 6 bulan lagi setelah bulan Desember 2023. Namun, jika tetap tidak selesai setelah waktu yang ditentukan, maka pengembang wajib membayar denda kepada konsumen,” tegasnya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Bantuan Hukum Batam Madani tersebut menambahkan, jika ada masalah antara Konsumen dan Klien Kami, pihaknya bersedia untuk menyelesaikan persoalan ini secara musyawarah mufakat. Namun jika konsumen tetap ingin menempuh jalur lain silahkan, tentunya pihaknya juga siap untuk menghadapi hal tersebut.
“Apabila ada sengketa maka akan di selesaikan secara musyawarah mufakat dan jika tidak bisa diselesaikan maka silahkan tempuh jalur lain. Tentunya kami akan siap menghadapi hal tersebut,” tutupnya.
Hari ini Kami selaku Kuasa Hukum PT Artha Perintis Propertindo akan menyampaikan tanggapan atas surat Somasi kedua dan terakhir yang diterima oleh kliennya kemarin.