Teror di Rempang

Kapolresta Barelang menginstruksikan tangkap warga yang melawan. Instruksi itu membuat aparat kian beringas menghadapi warga Rempang, Kamis, 7/9/2023.

* Puluhan Warga Babak Belur Hingga Kepala Diinjak Aparat

Batam, Owntalk.co.id – Aksi intimidasi terhadap warga Rempang yang ingin mempertahankan tanah leluhurnya kini semakin gencar dilakukan. Warga Rempang diteror dengan serangan gas air mata, tembakan peluru karet, hingga menganiaya warga dengan menendang dan menginjak kepala warga yang bertahan.

Satu orang anak di bawah lima tahun (Balita) sempat dikabarkan meninggal akibat serangan gas air mata, namun hingga sore hari diketahui balita itu hanya pingsan dan kembali siuman. Penderitaan yang sama terhadi pada puluhan anak sekolah yang diusir paksa dari ruangan kelas dengan aksi tembakan gas air mata.

Anak sekolah dievakuasi.
Anak sekolah berlarian ketakutan, ingin menyelamatkan diri. Namun sebagian terhenti akibat tembakan gas air mata.
Puluhan anak didik terkena tembakan gas air mata. Mereka tidak sadarkan diri dan dibawa ke RSUD Embung Fatimah.

Warga masyarakat bersama ratusan pelajar berlarian menyelamatkan diri dari serangan gas air mata. Puluhan pelajar menjadi korban gas air mata, sebagian menderita hingga tidak sadarkan diri, namun sebagian besar mengalami sesak nafas dan ketakutan.

Sebuah video memperlihatkan seorang pria ditaksir usia 60 tahun, babak belur dengan hidung pecah dan mengalirkan darah. Dia mengaku dianiaya petugas, hingga kepalanya menjadi sasaran pemukulan.

Video dugaan anak umur 1 tahun meninggal dunia usai bentrok antara aparat dengan warga di Jembatan 4 Barelang. Video itu beredar luas di grup-grup WhatsApp, Kamis (07/09/2023), siang, namun ketika dikonfirmasi, tidak ada bayi yang meninggal.

”Anaknya Herman, rumah dia dekat betul kan, anak Herman kena gas air mata. Anak warga kayaknya ada yang meninggal umur mungkin baru 1 tahun,” ujar Pria di video yang beredar.

Menjelang sore, Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto, terdengar memberi perintah kepada satu kompi atau lebih, anggota polisi yang lengkap dengan senjata di tangan. ”Kalau ada warga yang melawan langsung tangkap!” teriak Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto.

Catatan Redaksi
Warga diseret dan dianiaya petugas.

Menjelang sore, Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto, terdengar memberi perintah kepada satu kompi atau lebih, anggota polisi yang lengkap dengan senjata di tangan. ”Kalau ada warga yang melawan langsung tangkap!” teriak Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto.

Bentrokan yang terjadi antara Tim Terpadu Kota Batam yang di dalamnya termasuk aparat kepolisian dan militer dengan warga Melayu Pulau Rempang, Galang, Batam, Kepulauan Riau, yang terjadi sejak Kamis (07/09/2023) pagi ini, sangat memilukan.

Warga berlarian menyelamatkan diri dari kejaran aparat yang ingin menangkap serta menganiaya mereka.

Puluhan warga diduga mengalami luka-luka dan sejumlah orang ditangkap tim gabungan yang diduga sengaja diturunkan Muhammad Rudi Wali Kota Batam dan Kepala BP Batam ex-officio untuk head to head dengan warga dan memaksa melakukan pematokan tata batas dan pengukuran tanah di Rempang.

Menanggapi hal tersebut, Parid Ridwanuddin, Manajer Kampanye Pesisir dan Laut WALHI Nasional, kepada BatamNow.com, Kamis (07/09/2023), dengan tegas meminta Polda Kepri menarik pasukan dari kampung warga Rempang.

Seorang siswi SMP terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena tidak bisa bernafas akibat tembakan gas air mata.
Tanpa ampun, warga Rempang terus diteror dengan tembakan gas air mata, serta tindakan penganiayaan.

”Ironis sekali, hanya untuk melawan masyarakat, aparat kepolisian menggunakan gas air mata yang tentunya akan sangat membahayakan keselamatan warga,” kata Parid. Menurutnya, upaya menurunkan tim gabungan sampai berjumlah masif menunjukkan BP Batam dan Pemkot Batam tidak punya kemampuan untuk berdialog dengan warga Rempang.

Selan itu, lanjutnya, ini sebuah keironisan karena uang yang didapat dari pajak dari rakyat digunakan untuk melawan dan melumpuhkan rakyat.

Parid menegaskan, masyarakat Pulau Rempang adalah pemilik pulau itu. ”Jika Wali Kota Batam tidak bisa melindungi, maka telah gagal menjalankan mandat untuk melayani dan melindungi rakyat,” jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *