Polri Apps
banner 728x90

Cegah Urbanisasi, Mendagri Tegaskan Desa adalah Sentra Baru Ekonomi

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian.

Jakarta, Owntalk.co.id – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menekankan pentingnya peran desa sebagai sentra ekonomi yang berkembang di tengah laju urbanisasi yang tinggi.

Dalam upaya memperkuat desa dan mencegah urbanisasi yang berlebihan, Mendagri mengajak masyarakat untuk berpikir bersama. Beliau menyatakan bahwa program pembangunan dan pemberdayaan desa sangat penting bagi masa depan negara.

“Dalam menghadapi era urbanisasi, desa harus menjadi sentra ekonomi yang baru, tidak hanya tergantung pada kota. Meskipun jumlah penduduk perkotaan saat ini, menurut data Dukcapil, sudah lebih banyak daripada penduduk desa, dengan persentase sekitar 51-52 persen berada di kota, namun sekitar 48-49 persen masih berada di desa. Inilah kondisi saat ini,” kata Mendagri dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kick Off Pelaksanaan Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) Tahun 2023, yang berlangsung di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada hari Selasa (11/7/2023).

Mendagri juga mengungkapkan bahwa belajar dari pengalaman Jepang dan Korea Selatan, kedua negara tersebut mengalami fenomena migrasi penduduk dari desa ke kota.

Di Jepang, sebagian besar penduduknya bermigrasi ke kota-kota besar seperti Tokyo, Kyoto, dan Osaka, sementara di Korea Selatan, migrasi terpusat di Seoul dan Busan. Sayangnya, kota-kota besar tersebut memiliki persaingan yang sangat ketat.

“Mereka harus bertahan hidup di kota dengan semua glamor yang dimilikinya. Iklim persaingan yang ketat membuat mereka fokus pada pendidikan dan pekerjaan, berusaha untuk mendapatkan penghasilan yang baik. Akibatnya, tingkat stres meningkat dan angka bunuh diri menjadi tinggi. Selain itu, mereka juga cenderung menunda pernikahan atau bahkan memutuskan untuk tidak menikah,” jelasnya.

Mendagri menambahkan bahwa pada tahun lalu, beliau bersama Wakil Presiden bertemu dengan para pejabat Jepang, seperti Gubernur Tokyo, Gubernur Hokkaido, Mendagri, dan Sekretaris Kabinet.

Mereka membahas masalah pertumbuhan penduduk yang lambat di Jepang, dimana jumlah kelahiran lebih sedikit daripada jumlah kematian.

“Kondisi serupa juga terjadi di Korea. Desa-desa ditinggalkan, sehingga terjadi kesenjangan pembangunan antara kota dan desa. Hal ini menyebabkan masalah nasional berupa pertumbuhan penduduk yang rendah,” ungkapnya.

Namun, situasi ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia yang sedang mengalami bonus demografi.

Hal ini memberikan peluang sekaligus tantangan. Indonesia memiliki populasi yang mayoritas berusia produktif, yang menciptakan tenaga kerja yang besar untuk sektor produksi.

“Kita sedang mengalami bonus demografi dengan jumlah angkatan kerja yang tinggi. Namun, jika angkatan kerja ini tidak sehat, misalnya mengalami stunting, atau tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang memadai, hal ini akan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *