Polri Apps
banner 728x90

Industri Penerbangan Nasional Hadapi Lima Tantangan di Masa Mendatang

Direktur Utama PT Angkasa Pura/AP II (persero) Muhammad Awaluddin. (Dok; AP II)

Jakarta, Owntalk.co.id – Pelaku industri penerbangan global merumuskan adanya lima tantangan yang akan dihadapi sektor penerbangan dunia termasuk Indonesia di masa mendatang.

“Tantangan pertama yang akan dihadapi sektor transportasi nasional adalah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura/AP II (persero) Muhammad Awaluddin.

AP II adalah pengelola 20 bandara termasuk yang terbesar dan tersibuk di Indonesia yakni Bandara Soekarno-Hatta.

Di Indonesia, jumlah penumpang pesawat diyakini terus tumbuh. Data IATA (International Air Transport Association) menyebutkan pada 2018 Indonesia merupakan pasar penerbangan terbesar ke-10 di dunia, lalu pada 2028 naik menjadi terbesar ke-5 di dunia, dan pada 2038 kembali naik menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penumpang pesawat mencapai 451 juta penumpang.

“Ekosistem sektor transportasi udara harus benar-benar siap, terkait pola distribusi, suplai, angkutan kargo, hingga kaitannya dengan pariwisata,” katanya.

Tantangan kedua adalah pengembangan teknologi untuk digunakan baik di bandara maupun di pesawat.

“Pengembangan bandara dengan konsep smart airport tentunya tidak bisa dihindari, dan ini sudah dilakukan AP II sejak 2016. Pengembangan teknologi yang diharapkan ke depannya juga terkait operasional pesawat, yakni penggunaan pesawat listrik (electric) dan hybrid,” jelasnya.

Kemudian tantangan ketiga terkait dengan peningkatan aspek operasional dan infratruktur guna berdampak pada peningkatan kapasitas bandara dan load factor di setiap penerbangan, termasuk juga peningkatan pelayanan dan operasional.

Adapun tantangan keempat dan kelima terkait dengan lingkungan, yakni penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan terkait dengan emisi karbon.

“Sektor penerbangan nasional harus memperhatikan keberlanjutan. Bandara AP II sendiri sudah mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) di sejumlah bandara. Pada 2021-2028, di 20 bandara AP II akan dioperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 26 megawatt peak (MWp),” ujarnya.

Dirinya optimistis sektor penerbangan nasional mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

“Tantangan yang ada dapat kita hadapi dengan pengembangan ekosistem penerbangan yang terdiri Air Transport, Travel dan Tourism. Pengembangan ekosistem penerbangan ini dapat dilakukan dengan konsep Indonesia Aviaconomics,” ucapnya.

Di dalam konsep Indonesia Aviaconomics, suatu bandara memiliki ekosistem yang memberikan dampak ekonomi secara luas dengan membuka ribuan bahkan puluhan ribu lapangan pekerjaan, serta memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi.

Awaluddin berharap, pembahasan yang dilakukan para pelaku stakeholder transportasi di seminar nasional tersebut agar dapat ditindaklanjuti dengan karya-karya akademisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *