KLHK Kembali Menggalakkan Pengelolaan Sampah Organik Jadi Kompos

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali menggalakkan pengelolaan sampah organik menjadi kompos melalui Gerakan Nasional Compost Day. (Dok; Biro Humas KLHK)

Jakarta, Owntalk.co.id – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali menggalakkan pengelolaan sampah organik menjadi kompos melalui Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri, yang merupakan bagian dari rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023 dengan tema “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”.

Menteri LHK, Siti Nurbaya, menyatakan bahwa metode kompos dapat membuat sampah menjadi berkah dan bernilai ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung, atau dalam pendekatan ekonomi sirkuler. Gerakan membuat kompos dilakukan serentak dengan masyarakat di beberapa daerah.

Kompos telah dikenal oleh masyarakat selama puluhan tahun dan dipakai secara konvensional di berbagai tempat baik di desa maupun di kota sebagai pupuk organik. Sampah bekas makanan, sayuran, dan lainnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk bagi tanaman.

Menteri LHK mengharapkan seluruh masyarakat di Indonesia dapat memilah dan mengolah sampah organik yang berasal dari rumah tangga secara mandiri.

“Jika seluruh masyarakat Indonesia melakukan pengomposan sampah organik sisa makanan setiap tahunnya secara mandiri di rumah, maka 10,92 Juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA, dan dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 6.834 juta ton CO2eq,” jelas Siti Nurbaya.

Berdasarkan data KLHK pada tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton per tahun, dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27 persen. Dari jumlah itu, 38,28 persen bersumber dari rumah tangga.

Sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi GRK jika tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu, pengelolaan sampah organik khususnya sampah sisa makanan adalah penting dan perlu menjadi perhatian utama.

Menteri Siti menekankan bahwa dalam upaya mencapai target nihil sampah (Zero Waste), sudah saatnya sekarang meninggalkan pendekatan atau cara kerja lama kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Membuat pupuk kompos dinilai sangat penting karena dapat menyuburkan tanah, menambah kandungan bahan organik pada tanah serta akan meningkatkan kapasitas penyimpanan air butir-butir tanah yang berguna bagi kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.

Dengan demikian, pengelolaan sampah organik menjadi kompos merupakan solusi yang tepat untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *