Jakarta, Owntalk.co.id – Lengan mekanis berkelir kuning setinggi 20 meter dari kapal kargo milik Cosco Shipping perlahan menurunkan sebentuk benda sepanjang 28 meter berselubung kain hijau ke atas truk kontainer. Peristiwa yang berlangsung sekitar 35 menit itu disambut tepuk riuh puluhan orang berhelm putih memakai rompi hijau di sekitar Dermaga 200-201, Pelabuhan Nonpeti Kemas, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (2/9/2022) sore.
Seketika truk dengan platform superpanjang dilengkapi 64 roda itu terasa sesak oleh benda yang di salah satu ujungnya sedikit meruncing mirip moncong hewan komodo. Inilah produk yang ditunggu-tunggu, unit kereta cepat yang akan mengisi rute Jakarta menuju Bandung di mana peletakan batu pertama pembangunannya telah dilakukan Presiden Joko Widodo, pada 21 Januari 2016.
Kedatangan moda angkutan itu sekaligus menjadi penanda dimulainya era sangat modern dari sektor perkeretaapian di tanah air. Setelah sejarah panjang mencatat, alat transportasi berbasis rel itu pertama kali dibawa kolonial ke Nusantara 155 tahun silam.
Ada dua set kereta cepat (high speed railways), terdiri dari EMU untuk kereta penumpang dan satu unit lainnya berupa comprehensive inspection train (CIT) atau kereta inspeksi. Unit kereta cepat ini datang setelah melewati perjalanan laut selama hampir tiga pekan dari Pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada 5 Agustus 2022.
Kereta-kereta canggih dengan kode produksi KCIC400AF itu dibuat oleh CRCC Qingdao Sifang Co Ltd. Pabrik kereta yang sudah berdiri sejak 1900 itu mendapat pesanan 11 set EMU dari PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).
Sebelum dikirim ke Indonesia, produk tadi sudah melewati static commisioning test dan dynamic test di pabriknya. “Ini menjadi kabar baik untuk Indonesia dan menunjukkan kita bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya untuk sektor perkeretaapian ini,” ujar Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartiko Wirdjoatmojo, saat menyaksikan kegiatan bersejarah di Tanjung Priok itu.
Kereta canggih ini untuk sementara dinamai Komodo Merah dan Juni 2023 nanti akan dioperasikan melayani rute Jakarta-Bandung sejauh 142,3 kilometer dalam 68 kali perjalanan setiap harinya. Sebanyak 80 km dari total jaraknya berupa jalur layang dengan 13 terowongan menembus perbukitan cadas.
Proyek tersebut berbiaya hingga Rp118,5 triliun. Komodo Merah sendiri siap melahap rute Jakarta-Bandung hanya dalam waktu 40 menit dengan kecepatan maksimal 350 km per jam. Kendati oleh pabriknya, jenis kereta tersebut diklaim mampu melesat hingga 420 km per jam.
Si Komodo Merah, saat beroperasi nantinya, berhenti di empat stasiun. Yakni, Stasiun Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. Unit-unit EMU berkelir abu-abu dan merah sebagai refleksi dari ikon budaya Indonesia seperti batik, komodo, dan Candi Borobudur.
Setiap rangkaian EMU terdiri dari tujuh unit gerbong (car) sepanjang total 209 meter dan mampu membawa 556 penumpang. Pengaturan tempat duduknya 3-2 dan punya empat kelas terdiri dari second class, first class, VIP class, dan dining car. Pada tiap kursinya tersemat motif batik Megamendung yang dibuat dengan sistem laser dan warna kursi disesuaikan dengan tipe kelas, seperti merah, biru, dan abu-abu. Kursi terbuat dari kulit atau kain suede berkualitas tinggi.
Ekspor Perdana
Tipe KCIC400AF di negara pembuatnya dikenal sebagai CR400AF yang mulai diproduksi pada Agustus 2016 dan pertama kali diluncurkan Juni 2017. Ia merupakan generasi keempat kereta cepat atau Fuxing (Peremajaan), sebagai pengembangan dari generasi sebelumnya, Hexie (Harmoni). Menariknya, KCIC400AF ini menjadi ekspor kereta cepat perdana Tiongkok.
Life span kereta ini lebih panjang, desain makin aerodinamis, lebih hemat energi, kabin lebih luas, minim getaran dan kedap suara, serta ada lebih dari 2.500 titik monitoring performa di kereta. Ini sebagai bentuk kesuksesan transfer teknologi setelah delapan tahun berkolaborasi dengan raksasa teknologi kereta dunia seperti Siemens, Alstom, Bombardier Transportation, dan Kawasaki Heavy Industries pada fase Hexie.
Kereta berdesain futuristik itu di negara asalnya sejak 2017 telah dipakai melayani rute Beijing-Shanghai sejauh 1.318 km yang dapat ditempuh dalam waktu empat jam 18 menit. Ia sukses memangkas waktu normal perjalanan berkereta pada rute tersebut dari semula berkisar 10-11 jam. Oleh pembuatnya, KCIC400AF didesain khusus untuk negara beriklim tropis dengan kelembaban tinggi.
Sebuah perangkat bernama Disaster Monitoring Center (DMC) dan Disaster Montoring Terminal (DMT) telah disiapkan agar kereta ini punya kemampuan keamanan sangat tinggi. Ia mampu mendeteksi getaran akibat gempa, angin kencang, hujan deras, hingga sambaran petir. Puluhan sensor elektronik dipasang sepanjang lintasan dan bekerja otomatis memberikan informasi kepada DMC dan DMT perihal kondisi cuaca secara realtime dan segera dilaporkan kepada awak kereta.
Sebuah sistem pembangkit listrik cadangan (back up supply) ditempatkan khusus di dalam kereta dan langsung menyala otomatis dan bekerja selama 120 menit ketika listrik padam di sepanjang jalur. Menurut Presiden Direktur KCIC Dwiyana Slamet Riyadi, daya cadangan itu dapat dipakai selain untuk menggerakkan kereta, juga untuk mengoperasikan peralatan telekomunikasi, lampu penerangan, hingga ventilasi darurat.
Ada juga kereta inspeksi berwarna kuning yang tak kalah canggihnya dengan kereta penumpang. Fungsinya untuk perawatan jaringan, mendeteksi kondisi lintasan, mengukur tegangan listrik aliran atas, memeriksa sistem persinyalan, dan lainnya. Kereta jenis ini hanya ada beberapa unit saja di dunia, termasuk Doctor Yellow untuk perawatan jalur kereta peluru (bullet train) Shinkansen di Jepang.
Untuk menopang laju supercepat kereta futuristik ini, KCIC menyiapkan beberapa tipe rel. Misalnya tipe U71 MnG (a) untuk mengakomodasi laju kereta saat kecepatan 250-350 km per jam dan tipe U71 MnG (b) untuk menopang laju kereta di kecepatan di bawah 250 km per jam. Rel tipe U71 Mn dan tipe U71 MnH masing-masing dipakai saat kereta memasuki stasiun dan ketika kereta melewati area lengkung berdiameter kurang dari 2.800 meter. Disiapkan pula sebanyak 15.390 bantalan rel beton buatan Wika Beton.
Ada yang tak lazim dari rel-rel baja ini, karena dibuat tanpa sambungan hingga sepanjang 500 meter. Umumnya, rel baja yang dipakai pada lintasan kereta di tanah air hanya dicetak dengan ukuran 50 meter. Rahasianya ternyata ada pada mesin las khusus, UN-200 berteknologi flash-butt welding, karena ia mampu merangkai batang-batang baja rel ukuran 50 meter menjadi satu batang baja rel sepanjang 500 meter. Mesin ini satu-satunya di Asia Tenggara yang didatangkan khusus dari Tiongkok dan ditempatkan di Depo Tegalluar.
Dwiyana mengatakan, pihaknya akan melakukan uji dinamis EMU kereta inspeksi dan kereta penumpang dari Tegalluar menuju Kopo pada November 2022, bertepatan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin Negara G20 di Nusa Dua, Bali. Uji dinamis ini rencananya akan disaksikan Presiden Joko Widodo dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Kedua pemimpin negara juga akan mencoba kereta CIT dari DK 127 menuju Tegalluar. Ini sekaligus memberi sinyal kepada dunia bahwa perekonomian Indonesia siap bangkit dari pandemi.