“ANDA menulis tentang kemungkinan siapa yang bakal mendampingi H Ansar Ahmad dan HM Rudi, tetapi Anda tak menguraikan peluang dengan siapa mereka berpasangan agar menang”.
Begitu isi pesan di kotak messenger facebook saya setelah beberapa jam tulisan “Ansar dan Rudi, Siapa Wakilnya?” saya rilis, pekan lalu.
Benar. Saya memang belum masuk ke prediksi soal kemenangan. Soal peluang memenangkan pertarungan di Pilkada Kepri 2024, biarlah para timses yang memetakannya. Tugas saya setakat ini hanya memaparkan bahwa keduanya –H Ansar Ahmad dan H Muhammad Rudi– diprediksi akan “head to head”. Tulisan itupun semuanya berdasarkan fakta yang sudah lama terdedah di berbagai media. Tidak ada yang baru sebetulnya.
Munculnya beberapa nama yang bakal dipasangkan dengan Gubernur (petahana) H Ansar Ahmad maupun Wako / Kepala BP Batam H Muhammad Rudi, lebih kepada geopolitik dan basis suara. Ansar yang dari Pulau Bintan (Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan) tentu lebih pas jika berpasangan dengan wakil dari Batam. Jangan lupa, lebih dari separuh pemilih di Kepri berdomisili di Batam.
Begitu pula dengan H Muhammad Rudi. Dia yang berasal dari Batam (jabatan maupun domisilinya) tentu kecil kemungkinan akan berpasangan dengan orang Batam atau berbasis suara di Batam. Sebab itu, nama-nama calon pendampingnya mestilah dari luar Batam. Bisa itu Karimun, Pulau Bintan, atau kabupaten di luar Batam (Natuna atau Anambas).
Namun ada perbedaan antara Ansar yang orang Pulau Bintan dengan Rudi yang dari Batam. Hal ini jika dilihat dari jumlah pemilih, di mana Batam sekitar 600-ribuan pemilih, sementara Pulau Bintan sekitar 275 ribu pemilih. Artinya, jika basis Rudi di Batam mampu mencapai 70 persen pemilih, maka dia bisa saja memilih sosok dari Batam yang juga memiliki basis pemilih di luar Batam. Sebab, 70 persen pemilih Batam itu setara dengan 400-an ribu pemilih. Sementara jika Ansar mampu meraup 80 persen pemilih Pulau Bintan (setara 220 ribu pemilih) tidak mungkin dia memilih pendamping satu pulau. Pilihan Ansar harus dari Batam.
Asumsi di atas dibuat berdasarkan kebiasaan pada pemilihan kepala daerah, di mana pemilih lebih cenderung memilih orangnya, bukan partai pengusungnya. Ada satu-dua partai yang memang basis pendukungnya kecil kemungkinan akan lari dari calon yang diusung oleh partainya. Yang paling solid bisanya PKS, diikuti PDIP. Gelora sebagai partai pecahan PKS, belum terbukti, sebab belum pernah ikut pemilu secara kepartaian. Selebihnya, partai lain memiliki massa lebih cair dan bisa “swing” dari usungan partainya.
Jika prediksi Pilkada Kepri tahun 2024 tidak meleset dari dua nama di atas, maka calon pendampingnya sudah mulai dapat dipetakan. Tentu dengan asumsi perolehan suara partai tidak bergeser jauh dari 2019.
Untuk Ansar misalnya, tokoh yang mulai disebut-sebut (seperti dalam tulisan sebelumnya) yakni Ria Saptarika, Dharma Setiawan (keduanya anggota DPD RI), lalu Suryani (mantan anggota DPRD dari PKS), dan Wawako Amsakar Achmad. Nama terakhir diasumsikan jika yang bersangkutan tidak diusung oleh Nasdem di Pilwako Batam. Pertanyaan penting, apakah Amsakar akan tergoda meninggalkan Rudi? Apakah basis Amsakar berbeda dengan basis HM Rudi?
Basis pemilih Ria memang lebih terkonsentrasi di Batam. Tahun 2019 yang lalu suara Ria terbesar dari empat senator lainnya, yakni Dharma Setiawan, Haripinto, dan Richard Pasaribu. Jika Ria tak tergoda maju mendampingi Ansar, maka peluang Dharma jadi lebih besar, lalu diikuti Amsakar Achmad. Menjadi wakil Ansar menjadi menarik karena Ansar akan bertarung untuk pediode kedua.
Sementara itu, bagi Rudi, pilihan pertama sepertinya akan datang dari Karimun, yakni Bupati Aunur Rafik (sudah dua periode), lalu Iskandar (mantan anggota DPRD Kepri) yang maju di Pilkada Karimun tahun 2019 dan hanya kalah 86 suara dari Aunur. Namun, Kisah Aunur ini mirip Amsakar dan Rudi di Batam (Nasdem), karena satu partai pula dengan Ansar Ahmad (Golkar). Koalisi yang akan terbentuk di 2024 nanti akan sangat berpengaruh.
Nama lainnya, yang mulai disebut-sebut masuk dalam radar HM Rudi yakni Abdul Harris (Bupati Anambas dua periode) dan mantan senator asal Karimun dari “clan” Hood, yakni Hardi S Hood. “Clan” Hood lainnya, yakni “kakak tertua” H Huzrin Hood, mantan Bupati Kepri dan tokoh utama pembentukan Provinsi Kepri. Akan tetapi, antara dua Hood, jika akan diambil oleh Rudi, akan sangat tergantung hasil survei dan “chemistry” salah satunya dengan HM Rudi.
Sebetulnya, masih ada dua nama lain yang bisa saja dilirik menjadi pendamping Rudi. Mereka sama-sama masih aktif di dinas masing-masing, yakni Dr Suhajar (Sekjend Kemendagri, asal Karimun) dan Yan Fitri Halimansyah (perwira di Mabes Polri). Yan Fitri asal Tanjungpinang, namun ketika bertugas di Polda Kepri terlihat aktif membina Perhimpuan Melayu Raya sebagai Role Model Perpolisian Masyarakat yang dibidaninya. Perhimpunan ini tersebar di seluruh Kepri. Keduanya akan memasuki usia pensiun. ***