Dilansir dari AFP, Kamis (24/2/2022) harga minyak jenis Brent menyentuh USD100,04 per barel, setelah pengumuman Putin. Sementara itu, minyak jenis WTI menyentuh USD95,54 per barel.
Demikian pula dengan harga acuan batu bara dari pasar ICE Newcastle, Australia. Harga acuan komoditas itu untuk kontrak Maret telah naik 5,5 persen menjadi USD237,15 per ton pada perdagangan Rabu (23/2/2022). Harga itu terjadi kenaikan hingga 18 persen, atau berada di level tertinggi 19 Oktober lalu.
Bagaimana dengan komoditas minyak sawit mentah (CPO)? Harga komoditas itu juga ikut terdongkrak naik di Bursa Malaysia Derivatives. Pada Kamis (24/2/2022), harganya sudah melonjak hingga 5,88 persen menjadi ke level 6.294 ringgit per ton.
Artinya, harganya sudah di kisaran Rp21,58 juta per ton (Kurs 1 ringgit= Rp3.429,86). Harga itu sudah mendekati harga yang tertinggi yang pernah terjadi pada 1980.
Tak dipungkiri, memanasnya situasi di kawasan Eropa itu telah memberikan hal yang positif bagi ekonomi Indonesia. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2022. Nilainya mencapai USD930 juta.
Seperti disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, setidaknya ada beberapa pergerakan harga komoditas yang memengaruhi kinerja neraca perdagangan pada awal tahun ini.
Setianto memang tidak menyebutkan konflik di kawasan Eropa menjadi penyebab pergerakan harga tersebut. Namun, realitasnya konflik itu menyebabkan sejumlah harga komoditas terdorong naik.
“Ada perkembangan harga beberapa komoditas strategis yang memengaruhi kinerja perdagangan,” ujarnya, Selasa (15/2/2022).
Setianto menyebut, dari sisi komoditas minyak dan gas (migas), ada peningkatan harga komoditas minyak mentah Indonesia. Harga ICP (Indonesia Crude Price) pada Januari 2022 sebesar USD85,89 per barel atau naik 17,08 persen secara month to month (mtm). Bila dibandingkan dengan Januari 2021, harga ICP naik 61,54 persen secara yoy.
Selain itu, ada juga beberapa komoditas nonmigas yang meningkat secara bulanan, seperti harganya minyak kernel (CPO) yang naik 17,96 persen secara mtm, harga nikel naik 11,69 persen mtm, dan harga alumunium naik 11,52 persen mtm.
Sebaliknya, ada komoditas nonmigas yang turun harganya, seperti batu bara yang turun 0,81 persen mtm. Turunnya harga komoditas itu terjadi setelah pemerintah melakukan larangan ekspor sehingga menekan harga produk tambang tersebut.
Penerimaan Pajak
Berkah ekonomi dari memanasnya situasi di Ukraina, tidak hanya masalah neraca perdagangan yang mengalami surplus, tetapi juga penerimaan pajak yang ikut terdongkrak. Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirjen Pajak Suryo Utomo mengkonfirmasinya.
Menurut Menkeu Sri Mulyani, lonjakan harga komoditas dan meningkatnya permintaan global mendorong setoran pajak dari sektor usaha pertambangan pada Januari 2022 melonjak lebih dari dua kali lipat. Pertumbuhan sektor ini merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor usaha lainnya.
“Penerimaan pajak sektor pertambangan pada Januari 2022 melonjak 246,65 persen dibandingkan Januari tahun lalu. Sektor pertambangan sebetulnya sudah tumbuh positif 2,3 persen pada awal tahun lalu, tetapi tahun ini melonjak lebih tinggi lagi,” kata Menteri keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA edisi Februari, Selasa (23/2/2022).
Dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan bahwa kenaikan signifikan pada setoran pajak sektor pertambangan bulan lalu didorong oleh permintaan global dan meningkatnya harga komoditas. Kondisi tersebut mendorong peningkatan setoran Pajak Penghasilan (PPh) Badan.
Halaman selanjutnya…..