Strategi Berlapis Menghadang Omicron

Sumber Foto : Bisnis.com

Kebijakan itu diambil karena dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa varian baru Omicron memiliki daya tular yang lebih tinggi dibanding varian dominan sebelumnya, yakni Delta. “Berdasarkan data yang ada saat ini, Omicron kemungkinan bakal mengalahkan varian Delta di tempat di mana terjadi penularan antarmasyarakat,” demikian pernyataan WHO yang dikutip AFP, Minggu (12/12/2021).

Peneliti WHO melihat, Omicron cepat menyebar di Afrika Selatan, di mana varian Delta tak mendominasi. Namun, mereka juga mencatat penyebaran cepat Covid-19 varian Omicron di Inggris, yang kasusnya secara keseluruhan sebenarnya masih didominasi Delta.

Meski begitu, WHO mengakui bahwa data yang ada saat ini masih kurang. Sehingga mereka pun belum dapat memastikan alasan tingginya tingkat penularan Omicron. Apakah karena lebih mudah menembus respons imun atau memang lebih cepat menular?

Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa data awal menunjukkan Omicron menyebabkan adanya pengurangan efikasi vaksin. Hanya saja, terlepas dari temuan tersebut, WHO juga menekankan bahwa infeksi virus corona varian Omicron sejauh ini hanya menyebabkan gejala ringan. Namun mereka menyebut, masih mengumpulkan data untuk menentukan tingkat keparahan klinis Omicron.

Strategi Indonesia

Sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk yang besar, Pemerintah Indonesia tentunya terus melakukan upaya antisipatif. Terlebih pascaditemukannya kasus penularan varian Omicron di dalam negeri. Berbagai strategi untuk mencegah meluasnya penyebaran varian Omicron di tanah air pun disiapkan.

Di antaranya, permintaan Menkes Budi agar masyarakat mengurangi perjalanan ke luar negeri. Kemudian, pemerintah juga akan memperbanyak tes WGS dan menggencarkan Reagen PCR SGTF yang bisa memberikan marker atau indikasi dini infeksi varian Omicron.

Bersamaan itu, pemerintah akan menggencarkan program vaksinasi. “Stok vaksin saat ini mencapai 110 juta dosis, karena ada banyak donasi dari negara sahabat,” jelas Menkes Budi.

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito menjelaskan, demi mengantisipasi Omicron, Indonesia tidak lengah dan terus menekan kasus yang saat ini sedang terkendali. Lebih dari itu, Pemerintah Indonesia juga menerapkan strategi pencegahan berlapis, terutama menjelang masa Natal dan tahun baru.

Antisipasi dengan strategi pencegahan berlapis itu, menurut Profesor Wiku, di antaranya adalah memberlakukan kebijakan perjalanan internasional yang dirancang dengan melibatkan berbagai pakar dan kementerian/lembaga terkait dan mengutamakan keamanan seluruh masyarakat.

Rincian kebijakan tersebut, di antaranya, pembatasan sementara pelaku perjalanan internasional yang berasal dari negara atau wilayah yang sudah memiliki transmisi komunitas kasus Omicron. Pelarangan masuk bagi yang berasal atau memiliki riwayat perjalanan dari negara atau wilayah dengan kasus lokal Omicron.

Namun untuk WNI, tetap diperbolehkan masuk. Untuk WNI yang memasuki kriteria diperbolehkan masuk dengan syarat, wajib melakukan PCR maksimal 3×24 jam sebelum keberangkatan, entry test yaitu tes PCR ulang di hari pertama kedatangan dan exit test yaitu tes PCR ulang kedua di hari ke-13 karantina, dan menyelesaikan karantina selama 14 hari.

Sementara pelaku perjalanan internasional yang berasal dari negara lainnya, wajib menyertakan tes PCR 3X 24 jam sebelum kedatangan, melakukan tes PCR di hari kedatangan, serta karantina selama 10 hari dengan tes PCR pada hari ke-2 dan ke 9.

Halaman selanjutnya…