Opini  

Saatnya Bangga Jadi Orang Batam ….

Tak ada hijab dalam cinta model begini. Tak ada syarat-syaratan. Tak ada ilmu hitam. Orang Batam bukan Roro Jonggrang. Orang Batam menolak janji candi semalam. Walau dibangun seratus jin kontraktor sekalipun.

Rudi hari ini tidak mendatangi warga Batam dengan proposal Bandung Bandawasa. Ia hadir dengan kerja, kerja, kerja.

Bandar Batam ini sudah tua. Hampir 200 tahun usianya. Orang Batam kenyang asam garam muslihat rayuan.

Orang Batam hanya mau kampung halamannya, pulau tumpah darah anak cucu mereka, punya alasan sempurna untuk memenuhi paling tidak tiga kebutuhan dasar sekaligus: dihuni, dicintai, dan diperkenalkan ke segenap handai taulan di luar sana.

Kebetulan, dari masa ke masa, program terobosan infrastruktur Rudi yang sejauh ini dipandang lumayan berhasil menyederhanakan tiga kemewahan di atas ke dalam satu bahasa: kebanggaan.

Sudah lama kita tak merasa bangga menjadi orang Batam. Kinerja Pemerintah Kota Batam bersama stakeholder 6-7 tahun terakhir membangkitkan lagi rasa bangga itu.

Kota terlihat indah. Memanggil-manggil siapa saja untuk singgah. Di atas segalanya, kota kini menjadi alasan terbaik untuk cepat-cepat pulang ke rumah, memeluk keluarga.

Tentu saja pencapaian tersebut terlalu pagi dianggap prestasi. Ia baru teramat pantas untuk diingat, dicatat, sebagai sebuah reputasi.

Rudi bahkan bukan walikota yang akan kita kenang dengan reputasi seorang orator memukau, misalnya.

Halaman selanjutnya…

Penulis: Ril/ Anwar AnasEditor: Arini