Semasa duduk dibangku SD, ternyata uang saku yang dipegang Andriansyah kala itu hanyalah 1000 Rupiah. Ya selama enak tahun hanyalah 1000 rupiah. Namun nominal itu pun terkadang tak dibawa jikalau dirinya membawa bekal dari rumah. Beranjak MTS, barulah dirinya merasakan cuan 2000 Rupiah. Nominal yang sangat berarti dulunya …
Ternyata dulu, Andriansyah memiliki minat untuk masuk sekolah STM (Sekolah teknik Mesin) setelah menamatkan pendidikan MTS nya, namun kehendaknya tak direstui oleh orang tua serta nasib yang juga tak berpihak padanya. Usut punya usut, ternyata nilai Andriansyah kala itu juga tak mencukupi untuk dapat bergabung sebagai anak STM.
MAN menjadi tujuan akhir Andriansyah untuk melanjutkan belajarnya. Siapa sangka, dirinya pernah hampir tidak dapat merasakan belajar dan menamatkan pendidikannya di MAN karena kendala biaya. Namun dengan kegigihan sang ibu yang tetap dan terus berusaha, akhirnya Andriansyah dapat menamatkan sekolah MAN nya.
“Saya dulu pengen masuk STM setelah tamat MTS. Tapi ternyata nilai saya tidak mencukupi waktu itu dan orang tua saya juga tidak setuju. Mereka mau saya jadi Ustad aja. Mangkanya saya jadi masuk MAN. Pernah juga hampir tidak bisa lulus MAN karena tidak ada biaya. Tapi ibu saya tetap usaha meminjam uang kesana kemari sehingga saya bisa tamat” ungkap pria kelahiran 22 April 1988 itu.
Selesai pendidikan jurusan agama di MAN, pada tahun 2007, Andriansyah memutuskan untuk melangkahkan kakinya di kota Batam. Dirinya menolak beasiswa yang diberikan pihak sekolah untuk melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi di IAIN (Institut Agama Islam Negri) Medan dikarenakan biaya hidup yang menurutnya tak dapat ia penuhi nantinya. Hingga Andriansyah memutuskan untuk mencari pekerjaan dan mendapatkan pundi-pundi Rupiah di kota yang terkenal dengan industri tersebut.
“Disekolah MAN waktu itu, anak-anak yang tergabung dalam sepuluh besar dapat beasiswa untuk belajar di IAIN Medan. Saya termasuk salah satunya. Tapi saya tolak karena saya tahu nanti biaya hidup disana bagaimana. Mengingat kondisi keuangan orang tua saat itu sulit. Jadi saya niat untuk langsung bekerja,” jelas Andriansyah saat diwawancarai di Owntalk.
Satu hari setelah selesai UN (Ujian Nasional) di MAN, Andriansyah langsung memutuskan untuk berangkat ke Batam dengan hanya bermodalkan SKHU (Surat Keterangan Hasil Ujian) tanpa membawa Ijazah yang kala itu belum waktunya diterima oleh siswa/siswi MAN.
Alasan Andriansyah memilih Batam dikarenakan dirinya yang sudah memiliki tekad untuk bekerja setelah tamat MAN. Andriansyah menerima tawaran yang diberi tantenya untuk mengadu nasib di Batam. Sesampai di Batam, Andriansyah tinggal dan menetap untuk sementara waktu di rumah tantenya yang juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Setelah satu minggu tinggal di Batam bersama tantenya, Andriansyah mendapatkan pekerjaan catering makanan di PT. Shiba dan bertahan selama tiga bulan saja. Adriasnyah pindah dan menetap di mess yang diberikan oleh perempuan pemilik catering tersebut.
“Pengalaman di catering itu sedih juga. Sedihnya, waktu masuk catering kerjaannya itu dari mulai pagi sampai malam terus paginya kerja lagi. Catering nya itu ngasih hampir 1000 karyawan,” ungkap pria yang gemar berolahraga itu sembari mengenang masa-masa sulitnya bekerja di catering makanan.
Pada tahun 2008, Andriansyah kembali mendapatkan pekerjaan di PT. Sanmina yang berlokasi di Muka Kuning setelah dirinya berhenti bekerja di catering dibantu oleh anak laki-laki (abang) yang diasuh oleh tantenya. Dengan bermodalkan Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU) dari sekolahnya dulu, Andriansyah bekerja di PT. Sanmina sebagai CS (Cleaning Service) selama satu tahun lamanya.
Tak berjalan mulus, banyak terjadi gejolak permasalahan yang dialami Andriansyah selama bekerja di PT tersebut. Salah satunya adalah kecelakaan yang menimpa dirinya kala ia bekerja saat itu. Kecelakaan itu membuatnya harus dirawat dan merasakan jahitan pada bagian kepalanya.
“Saya jatuh dari atas container dan dibawa kerumah sakit, waktu itu kena saraf. Saya mendpatakan jahitan sebanyak tiga belas jahitan,” ujar Andriansyah.
Selesai kontrak dari PT. Sanmina, Andriansyah kembali menganggur dikarenakan sulitnya mendapatkan pekerjaan masa itu. Kurang lebih delapan bulan sudah Andriansyah menganggur dan tak kunjung mendapatkan pekerjaan di Batam. Akhirnya, pada tahun yang sama, Andriansyah memutuskan untuk kembali ke Tanjung Balai guna melakukan terapi untuk wajahnya akibat dari kecelakaan yang dialaminya serta rasa rindu yang timbul akan kampung halamannya itu.
Baca Halaman Selanjutnya….