[Profil] – Saiful Badri Sofyan, Tiga Demo Besar Buruh di Batam

Saiful Badri Sofyan

Dalam hidup ini, selalu ada nilai-nilai penting yang bisa kita dapatkan setiap harinya. Entah itu dari hal yang paling sederhana atau nilai besar yang kamu rasakan.

Terkadang tanpa disadari, akan timbul berbagai macam perasaan setelah kita melewati sebuah kejadian. Merasa sedih, bahagia, kecewa, ataupun marah, semua itu dapat dikatakan wajar terjadi. Namun sebaliknya, jika kita tidak pernah merasakan kepedulian termasuk pada hal yang memilukan, itu baru dikatakan tidak wajar.

Rasa peduli bisa tumbuh karena banyak hal yang terjadi. Kepekaan perasaan akan membuat kita berpikir mengenai tindakan yang akan kita lakukan. Apakah hanya akan sekadar bersimpati atau kita akan berempati untuk memberikan aksi.

Aksi, itulah yang dilakukan oleh pria asal kota Sumatera Barat itu. Pasalnya, latar belakang pekerjaan sebagai buruh yang pernah ia jalani membuat dirinya memiliki simpati akan nasib para buruh.

Dia lah Saiful Badri Sofyan, seorang aktivis yang dikenal sebagai tokoh buruh. Dirinya menjunjung tinggi keadilan untuk para buruh. Sehingga, Saiful membuka kantor Cakrawala Justice Law Firm karena menurutnya sangat banyak buruh butuh advokasi.

Kehidupan Kecil hingga Remaja Saiful    

Saifudin, tokoh buruh itu lahir pada 10 September 1969. Ia lahir dan dibesarkan di Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar). Dirinya dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayahnya, Sofyan, adalah seorang wiraswasta (pedagang) sedangkan ibunya, Marni (Alm) , hanyalah seorang ibu rumah tangga (IRT).  Ya, pedagang adalah khas orang Sumbar hingga saat ini. Kita dapat menjumpai orang Minang hampir diseluruh pelosok negeri ini dan kebanyakan dari orang Minang merupakan pedagang. Mengapa berdagang? Hal itu dikarenakan keahlian orang Minang yang luar biasa dalam berdagang dan diakui oleh orang-orang Indonesia.

Saiful menyelesaikan pendidikan Sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Teknik Mesin (STM) nya di Payakumbuh, Sumatera Barat. Dirinya merupakan Alumni dari SD N Tiakar Payakumbuh, dan SMP N 1 dangung-dangung yang juga berada di Payakumbuh.

Saiful remaja memiliki cita-cita untuk menjadi tentara. Menjadi abdi Negara merupakan hal yang membanggakan bagi dirinya. Sehingga pada saat SMP, Saiful bergabung kedalam berbagai macam ilmu bela diri dan kerap mengikuti berbagai pertandingan bela diri. Bela diri merupakan salah satu nilai plus yang akan diperhitungkan jika seseorang ingin mendaftar sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dilihat dari persyaratan menjadi tentara, Saiful muda mendaftarkan dirinya untuk melanjutkan pendidikannya ke SMA N 3 Payakumbuh, SMA Negeri terkenal kala itu. Saiful mendapat kesempatan untuk memilih sekolah yang ia inginkan karena dirinya merupakan anak yang pintar semasa SMP. Namun, apa dikata, orang tua Saiful justru meminta dirinya untuk melanjutkan sekolah di STM.

Sang ayah tak mendukung cita-cita Saiful untuk menjadi tentara. Sofyan, beranggapan bahwa menjadi TNI tak akan merubah nasib anaknya tersebut. Dilihat dari salah satu keluarga Saiful yang berprofesi sebagai TNI membuat Sofyan berfikir bahwa hidupnya akan terus begitu tanpa ada kemajuan. Atas kemauan orang tuanya, Saiful muda terpaksa memilih STM sebagai tempatnya menimba ilmu.

Memberontak? Tentu saja. Jiwa muda Saiful kala itu tak terima atas apa yang diperintahkan orang tuanya. Selama menjalani pendidikan di STM, Saiful muda kerap melakukan tawuran, berkelahi serta terkadang tidur di mobil-mobil dan tinggal di terminal. Bahkan, peringkatnya pun menurun drastis. Hal itu ia lakukan sebagai bentuk pemberontakan terhadap keputusan orang tuanya. Namun, pada kelas tiga, Saiful mulai memiliki keinginan untuk belajar sehingga ia berhasil meraih juara dua.

“Waktu di STM, rata-rata satu kali seminggu saya berkelahi. Saya juga tinggal diterminal dan tidur di mobil-mobil. Ya hal itu saya lakukan karena saya berontak. Tapi pas kelas tiga, karena saya memiliki keinginan untuk belajar, akhirnya saya dapat meraih juara dua dari yang sebelumnya tidak dapat juara” kenang Saiful mengingat masa-masa kelamnya.

Setelah lulus dari STM, Saiful pernah mendaftarkan dirinya untuk berkuliah di Politeknik. Namun ia gagal dalam tes penerimaan kala itu. Dirinya juga sempat mendaftarkan diri di Sekolah Teknik Padang (STP) dan berhasil lolos. Kesempatan itu tak diambil Saiful karena ia memutuskan untuk tidak berkuliah. Dirinya memiliki prinsip untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Negeri pada saat itu.  

Karir Saiful

Pada tahun 1989, Saiful merantau ke Duri, Riau untuk mencari pekerjaan setelah tamat dari STM. Berbagai macam pekerjaan ia lakoni hanya untuk melanjutkan hidup dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dimulai dengan menjadi kenek angkot, kuli bangunan, hingga kerja di bengkel mobilpun ia jabani, tak peduli seberat apapun itu.  

Terlihat sedikit titik terang dari usaha Saiful selama ini. Setelah bekerja di bengkel, ia mendapat kesempatan untuk training di PT. Caltex Pasific Riau selama satu tahun. PT ini merupakan PT. Chevron Oil Products Indonesia yang menjual pelumas, pendingin dan gemuk bermerk Caltex. Training yang dijalani Saiful terdiri dari dua jenis kegiatan. Belajar seperti biasa setengah h ari, lalu workshop setengah hari. Training ini juga memiliki ujian akhir sebagai penentu atas apa yang telah mereka pelajari. Usaha dan giat akan belajar membuat Saiful berhasil meraih nilai tertinggi pada ujian akhir di PT tersebut.

“Saya pertama kali tamat sekolah, merantau di Riau sana tepatnya di Duri. Saya kerja mulai dari kenek angkot, kuli bangunan sampai kerja di bengkel mobil. Nah, setelah dari bengkel mobil itu saya dapat kesempatan untuk training di PT. Caltex. Sepuluh orang yang dapat kesempatan sama waktu itu. Setengah hari kita belajar, setengah hari kita workshop,” ujar pria berumur 52 tahun itu.

Setelah sepuluh bulan menjalani masa training, tepat pada tahun 1990, Saiful mendapat tawaran untuk pergi ke Batam dari seorang customer supplier Caltex dari Singapore. Tanpa fikir panjang, Saiful yang kala itu membayangkan bahwa kota Batam merupakan kota yang setara bagusnya dengan Singapore langsung menerima tawaran itu.

Bersama dengan temannya, Sahrial Lubis yang sekarang juga merupakan aktivis, untuk pergi ke Batam mengadu nasib. Saiful berfikir bahwa mereka hanyalah pekerja tamatan SMA yang akan hidup terus menerus menjadi pekerja. Sehingga dengan semangat yang membara, ia dan temannya memutuskan untuk pergi kerja ke Batam dengan hanya bermodalkan keberanian. Bak pepatah Untung sabut Terapung, untung batu terbenam.

Namun sangat disayangkan, sesaat setelah sampai di Batam, Saiful dan Lubis yang langsung di bawa ke Tanjung Uncang dibuat tercengang dengan keadaan Batam saat itu. Jauh dari apa yang mereka ekspektasikan. Jangankan toko, sepanjang mata memandang gerobak dipinggir jalanpun mereka tak menjumpainya. Hanya lahan kosong yang dihiasi dengan tanah-tanah merah yang gandus kala itu.

”Sampai di Bandara, kami langsung dibawa ke Tanjung Uncang. Jangankan toko, gerobak dipinggir jalanpun kami tak jumpa. Semua nya dipenuhi tanah merah. Setelah tiga bulan di Tanjung Uncang, saya jatuh sakit. Karena perbedaan suasana semasa saya berada di Caltex. Disana sudah benar-benar seperti Singapore. Air keran dijalan aja bisa diminum,” jelas Saiful.

Selama dua tahun, Saiful bekerja di PT. Latoka pada divisi dura metalik. Dura metalik merupakan sebuah proyek dari Singapore yang mengisi pompa-pompa untuk minyak di Kepulauan Riau, Duri.

Setelah proyek yang di jalankan Saiful beserta tim selesai, PT. Latoka dijalankan oleh Tommy pada tahun 1997 yang kemudian PT ini digugat oleh BP kala itu. Nasib dua belas karyawan beserta security disana dipertanyakan. Begitupun dengan Saiful saat itu yang bingung bagaimana nasib dirinya kelak. Hingga pada akhirnya, mereka di PHK dan semua security dipekerjakan di PAM sedangkan karyawan seperti Saiful harus mencari pekerjaan sendiri.

Dengan pemikiran panjang, Saiful yang saat itu sudah dapat membeli mobil dari hasil kerja kerasnya selama di PT. Latoka memutuskan untuk menjadi supir taxi demi menyambung hidup. Hari demi hari ia jalani sebagai supir taxi yang tak kenal lelah. Dari pagi hingga malam hari ia terus mencari penumpang. Tak dipungkiri, penghasilan sebagai supir taxi tidaklah mengecewakan dengan kerja kerasnya yang harus mengelilingi kota Batam untuk mencari penumpang.

Tepat pada hari ke empat puluh sebagai seorang supir taxi, ia menemukan lowongan pekerjaan di PT. Yeakin sebagai tooling. Dengan latar belakang pekerjaan dan pengalaman sebagai machinist, Saiful pun akhirnya diterima bekerja di PT tersebut. Mr. Cuan adalah seorang boss kala itu yang tertarik dengan kemampuan Saiful yang handal langsung memperkerjakan Saiful dengan gaji yang spektakuler naik tiap bulan. Bukan main, bahkan dalam kurun waktu satu tahun, Saiful mengalami kenaikan gaji sebanyak tiga kali lipat.

“Saya kerja di PT. Yeakin itu tiga bulan pertama gajinya Rp. 600 ribu setelah itu naik terus. Mr. Cuan adalah boss di PT itu, dia dikenal sebagai orang yang galak atau jarang senyum. Namun bagi saya, sebagaimanapun karakter orang itu mereka akan tetap mengahargai pekerjaan kita jika kita lakukan dengan sungguh-sungguh,” jelas Saiful mengenang sosok bossnya itu.

Kerja kerasnya selama bekerja di PT. Yeakin selama lima belas tahun membawa Saiful ke Jenjang karir yang lebih tinggi. Mulai dari operator, leader, asisten leader, supervisor, hingga menjadi kepala  department sudah ia lalui dari bawah.  Kerja kerasnya selama ini berbuah manis.

Menjadi pekerja di PT. Yeakin tak memurungkan niat Saiful untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Pada tahun 2006, Saiful menimba ilmu di Universitas Batam (UNIBA) jurusan ilmu Hukum. Ya, dari pekerjaan nya sebagai mechanist, Saiful banting stir kuliah jurusan hukum. Bekerja sambil kuliah bukanlah suatu hal yang mudah. Saiful harus pandai membagi waktunya antara bekerja dan kuliah. Menimbang dia adalah pekerja yang loyal, dirinya tak mau menganggu pekerjaan atau kuliahnya. Dirinya mengambil waktu kuliah malam agar pekerjaannya tak terganggu.

Setelah dua tahun tamat kuliah, Saiful mengambil Pendidikan Khusus Pengacara Advokat (PKPA) pada tahun 2012. Tak sampai disitu, Saiful kembali mengambil PKPA di Universitas International Batam (UIB). Menurutnya, ilmu itu perlu.  Sehingga dengan dua kali mengikuti PKPA ia berhasil lulus kedua-duanya.

Setelah berhasil lulus dari PKPA dan meraih gelar sarjananya sebagai Sarjana Hukum (SH), akhirnya Saiful membuka kantor Cakrawala Justice Law Firm pada tahun 2017.  Tujuan Saiful untuk membuka kantor ini adalah untuk kesejahteraan para buruh. Menurutnya, sangat banyak buruh di Indonesia yang butuh advokasi. Serikat pekerja hanya bisa beracara kepengadilan apabila mereka merupakan bagian dari anggota Serikat Pekerja. Menurut undang-undang PPHI, proses mencari keadilan bagi buruh adalah di pengadilan. Komitmen untuk selalu membantu menegakan keadilan

“Meraka (para buruh) kadang-kadang tidak memiliki pengalaman di pengadilan. Kadang-kadang mereka tak punya uang untuk menyewa pengacara demi menuntut keadilan. Saya buka kantor ini, siapa pun buruh yang datang dan dia tidak punya uang ataupun tidak tergabung dalam anggota serikat akan saya layani dan saya bantu tanpa harus membayar,” tutur suami dari Prawanti Trimulyani itu.

Saiful juga mendirikan beberapa perusahaan seperti outsourcing dan adverstising. Perusahaan tersebut masih berjalan hingga saat ini. Bahkan tercatat, Saiful kerap mengikuti beberapa organisasi – Tripartit, LKS Tripartit Kepri, SPSI, DPP FSP LEM SPSI, DPW Gemuruh Nasde, FKPPI, KNPI, IKSB dan Gonjong Limo. Menurutnya, semua hal yang dikerjakan oleh seseorang haruslah dengan totalitas dan ikhlas. Dalam organisasi inilah, dirinya dapat mengaplikasikan hal tersebut.

“Dalam organisasi inilah kita dapat menjadi orang yang bermanfaat untuk banyak orang. Apa yang bisa kita lakukan, maka lakukan saja dengan ikhlas. Inshaallah hal itu akan menjadi ibadah untuk kita. Manfaatnya dua untuk kita. Profesi kita terhitung sebagai ibadah dan rezeki kita akan terus mengalir,” ungkap Saiful sembari memberikan motivasi.

Saiful Selaku Tokoh Buruh

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Saiful kerap mengikuti beberapa organisasi. Salah satunya adalah Tripartit. Organisasi ini merupakan forum komunikasi diskusi antar karyawan dan atasan yang wajib hakikatnya seluruh perusahaan untuk memilikinya. Tripartit merupakan sebuah lembaga guna menerapkan hubungan industrial pancasila (HIP). Saiful percaya bahwa sekarang di Indonesia sudah meniru gaya industrial Capitalist dimana sistem perburuhan dihapuskan.  

Bermodalkan keakraban dengan Mr. Cuang, sang boss yang dikenal galak, Saiful berinisiatif untuk membentuk serikat pekerja dikarenakan keperduliannya terhadap nasib para buruh. Mengingat ia memulai karirnya menjadi seorang operator di PT. Yeakin membuat dirinya sadar betapa pentingnya peran buruh di Indonesia ini. Sehingga Saiful bergabung sebagai anggota di SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Kepulauan Riau.

SPSI merupakan serikat swasta di Indonesia yang berdiri pada masa itu dan telah diakui oleh pemerintah sejak kongres ke-2 pada tanggal 26-30 November  1985 di Jakarta. Keberadaan Saiful dalam anggota tersebut membuat dirinya memiliki kesempatan untuk pergi ke Singapore bersama para pengurus mengikuti sebuah rapat. Namun sesampainya di Batam, betapa terkejutnya hati Saiful mendengar bahwa UMK (Upah Minimum Kerja) diputus. Sontak, jiwa keperdulian Saiful memberontak dan membuat dirinya terkenal kala itu setelah membeberkan apa yang terjadi di Singapore.

Pada pemilihan ketua Batam saat itu, Saiful mencalonkan diri karena ia yakin bahwa dirinya mampu menjabat sebagai ketua. Namun hal itu tidak diterima baik oleh orang-orang yang menganggap dirinya hanyalah “anak kemarin sore.”  Namun dewi fortuna ternyata berpihak padanya, sehingga Saiful terpilih sebagai ketua Batam kala itu.

“Orang-orang mulai mengenal saya setalah saya pulang dari Singapore bersama dengan pengurus-pengurus SPSI. Waktu itu, ada pemilihan ketua Batam dan saya mencalonkan diri. Alhamdulillah saya terpilih, namun dari situ banyak orang yang tidak terima. Dengan kata-kata meraka yang sadis saya jadikan motivasi bahwa saya bisa mampu jadi ketua,” tegas ayah dari dua orang anak itu.

Sosok yang menginspirasi dirinya untuk terus bangkit kala badai menghantam adalah dirinya sendiri. Saiful memiliki prinsip untuk terus menjadi bermanfaat bagi orang lain. Sehingga apapun yang terjadi, tak ka nada satupun yang dapat melumpuhkan niatnya.

 Tercatat ada tiga peristiwa pergerakan buruh fenomenal yang pernah Saiful ikuti. Pertama adalah Kerusuhan Redoks yang terjadi pada tahun 2009. Kerusuhan yang didasari atas pembakaran orang India kala itu. Saiful menyampaikan pendapat kepada Dirjen buk Yani Rekordam kala itu untuk membentuk sistem terpadu bukan tim terpadu. Menurutnya, Program terpadulah yang sangat dibutuhkan kala itu, bukan tim terpadu.

Peristiwa kedua adalah kerusuhan masalah UMK pada tahun 2011 tepatnya pada hari Rabu tanggal 24. Massa berdemo menuntut kenaikan Upah dari Rp. 1.300.000 menjadi Rp. 1.700.000 pada tahun 2012. Para demonstran memasuki halaman kantor Wali Kota Batam dan merusak berbagai fasilitas yang ada. Sehari sebelum kericuhan terjadi, Saiful mendapat panggilan di pondok Buri. Dirinya menjelaskan betapa pahamnya ia mengenai buruh karena pada dasarnya dulu dirinya adalah mantan seorang buruh. Ia menjunjung tinggi keadilan untuk para buruh kala itu.

Pergerakan buruh ketiga adalah demo terbesar yang terjadi pada tahun 2012 yang mengakibatkan 60% aktivitas seluruh industry di kota Batam saat itu lumpuh. Lumpuhnya sebagian besar Industri di Batam diakibatkan banyaknya karyawan yang mengikuti aksi unjuk rasa dan meninggalkan pekerjaanya. Buruh kala itu menuntut ada tambahan lebih banyak dalam komponen KHL (Kebutuhan Layak Hidup).

“Objective dan Proposional dalam bersikap. Serta berhubungan baiklah dengan orang dan hidup bermanfaat bagi orang banyak. Ikhlas dan jangan mengharapkan sesuatu karena itu akan menjadi pahala” – Saiful Badri Sofyan.

Itulah seuntai kisah dari Saiful Badri Sofyan selaku tokoh buruh dan direktur dari Cakrawala Justice Law Firm yang mengedepankan keadilan bagi para buruh yang ada di Indonesia.

Riwayat Pendidikan:

  • SD N Tiakar Payakumbuh
  • SMP N 1 Dangung-Dangung Payakumbuh
  • STM N Payakumbuh
  • Universitas Batam (UNIBA)
  • Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA)

Riwayat Organisasi:

  • Wakil Ketua Tripartit kota Batam
  • Anggota Dewan Pengupahan Kepuluan Riau
  • Wakil Ketua LKS Tripartit Kepri (Sekarang)
  • Ketua SPSI Muka Kuning
  • Ketua SPSI Batam
  • Ketua SPSI Kepulauan Riau
  • Ketu SP LEM
  • Wakil Ketua Umum DPP FSP LEM SPSI
  • Ketua DPW Gemuruh Nasdem
  • Pengurus FKPPI
  • Pengurus KNPI
  • Wakil Ketua IKSB
  • Ketua Umum Gonjong Limo

Riwayat Pekerjaan:

  • PT. Yeakin
  • PT. BBA
  • Cakrawala Justice Law Firm (Direktur)

Ditulis Oleh: Juni Zarlina

Exit mobile version