[Profil] Harianto, Jurnalis Yang Pernah Laporkan Walikota

Profil Harianto
Harianto, Pemilik media Alur News menceritakan masa kecilnya hingga sukses membuka perusahaan media sendiri. (foto : Owntalk)

Hingga suatu ketika, Samsul, tetangga mencangkup teman masa kecil Harianto yang masih sekolah datang dan menemui Harianto yang pada saat itu masih menganggur. Dengan gagah menggunakan seragam SMA, Samsul melontarkan kata-kata yang membuat hati Harianto menggebu-gebu untuk sekolah kembali.

“Enak jok sekolah. Banyak kawan. Terus bisa tengok cewek-cewek cantik” tutur Samsul.

“Hmm, oke lah jok. Aku balek dulu yo” balas Harianto dengan nada semangat.

Sesampainya dirumah, Harianto lalu bergegas menemui kedua orang tua nya dan sembari menyampaikan maksud dan keinginannya untuk bersekolah kembali. Ia sampaikan dengan nada marah dan hastrat yang menggebu-gebu ingin kembali belajar. Hingga pada akhirnya, Harianto dapat melanjutkan pendidikannya di MAN Tanjung Jabung Timur dengan langsung belajar sebagai anak kelas 3 serta melewati masa-masa belajar sebagai siswa kelas 2.

“Saya kepengennya masuk kelas 3 karena teman-teman sebaya saya kelas 3 kan. Jadi saya datang menemui ipar saya lalu bertemu kepala sekolah untuk dibuatkan rapor kelas 1 sampai kelas 2. Setelah rapor jadi, saya mendaftar SMA dikampung saya. Tapi tetap ditolak. Akhirnya dulu ada guru SMP saya yang ternyata menjabat sebagai kepala sekolah di MAN itu. Akhirnya saya diterima dan menyelesaikan sekolah saya selama 9 bulan yang hanya belajar dikelas tiga,” ujar pria penyuka olahraga itu.

Setelah tamat sekolah, Harianto tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dikarenakan ia sadar akan ekonomi keluarganya yang sulit. Meskipun begitu, Harianto menyimpan keinginan untuk dapat berkuliah. Bahkan ia memiliki cita-cita untuk menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), namun cita-citanya itu ia kubur dalam-dalam karena sadar akan ekonomi yang tak memungkinkan.

Kota Jambi merupakan tujuan pertamanya setelah lulus SMA. Ia bersama ketiga temannya mengadu nasib kekota Jambi dengan hanya bermodalkan sepeda motor, beras dan uang 400 ribu. Setelah melewati beberapa hari yang sulit, akhirnya Harianto mendapatkan pekerjaan di Distro mall WTC Jambi. Tak bertahan lama, akhirnya Harianto merantau ke Batam.

Harianto datang ke Batam dengan menumpang kapal kayu yang pada saat itu membawa pisang dan belut. Ia memutuskan untuk hijrah kebatam dikarenakan dalam pandangannya, Batam merupakan kota yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Perusahaan industry yang banyak serta gaji yang besar. Siapa yang tak tertarik dengan gaji besar? Begitupun dengan Harianto yang akhirnya memilih Batam sebagai tempat bernaungnya.

Siapa sangka, ternyata pandangan Harianto terhadap kota Batam salah. Ia kesulitan mencari pekerjaan dengan hanya bermodalkan ijazah SMA. “Sistem orang dalam”, itulah kenyataan yang terjadi pada saat itu. Beruntungnya, sepupu Harianto bekerja di salah satu PT dikawasan Muka Kuning hingga membuatnya dapat diterima bekerja disana.

“Pertama kali saya ke Batam tahun 2010 dan tinggal ngekos bersama sepupu saya di Muka Kuning. Nah karena dia kerja disana, akhirnya saya minta tolong masukin kerja juga di PT dan akhirnya saya diterima,” ujar pria berkemaja kota-kotak itu saat diwawancarai di Owntalk.

Tercatat, Harianto pernah bekerja di PT. NOK Precision (2011) lalu dilanjutkan dengan PT. SHIMANO (2012). Namun ia di blacklist dari PT. SHIMANO akibat aksi demo yang diikutinya tanpa tahu maksud dan tujuan dari demo itu sebenarnya.

“Waktu itu ada orang demo, dan saya gak tau untuk apa. Jadi saya ikut-ikutkan aja kan. Eh malah saya dipecat dan di Blacklist,” jelasnya.

Setelah insiden itu, Harianto menjadi pengangguran yang cukup lama. Berbagai pekerjaan telah ia coba namun tak bertahan lama. Bekerja kalangan di Tanjung uncang yang hanya bertahan selama 3 hari saja serta menjadi kontraktor atau buruh kasar yang bertahan selama 1 minggu.

Harianto menikah pada tahun 2011 dengan seorang gadis batak bernama Rani Hasibuan yang merupakan tetangganya dulu semasa kerja. Pada tahun 2012, anak pertama Harianto bernama Iqbal Diafakri Ramadhan lahir. Namun ia tak memegang uang sepeserpun untuk membiayai lahiran istrinya. Hingga akhirnya ia harus meminjam kepada tetangga. Hal itu pun berulang terjadi pada anak keduanya, Rania Humaira Zikny yang lahir pada tahun 2015.

Sulitnya akan kehidupan terus menghantui Harianto dan sang istri. Hingga suatu ketika, sang belahan jiwa menemukan ladang rezeki bagi keluarga kecil mereka dengan menjual baju-baju seken. Rumah kecil yang atapnya selalu menitihkan air kala hujan, tembok-tembok yang kiri kanan dihiasi spanduk serta dingin yang menusuk ketika malam tiba berubah menjadi tempat yang nyaman, ladang bisnis serta memberi kehangatan kala malam hari.

“Dulu istri diajak temennya yang jualan baju seken. Akhirnya dia minta izin pengen usaha. Terus dia suruh aku cari uang 3 juta untuk modal. Dan ahkirnya dapat dengan meminjam uang salah satu temenku. Dari hasil baju seken itu, dapat 700 dalam sehari. Sampe akhirnya kami dapat memperbaiki rumah dan bahkan sekarang sewa satu lagi untuk bisnis baju-baju seken itu” ujar Harianto.

Pada tahun 2014 awal, Harianto bergabung bersama LSM Aliansi Indonesia (Badan Penelitian Aset Negara). Disana ia membantu pekerja yang membutuhkan pertolongan seperti dana pension yang tidak keluar, gaji yang dipotong atau sejenisnya.

Harianto kemudian terjun kedunia Jurnalistik pada tahun 2015. Ia dulu bekerja di Otoritas News yang merupakan media berita online kala itu. Ia dikenal orang sebagai penulis radikal. Bagaimana tidak, pada pilpres tahun 2019, ia pernah melaporkan wali kota pada saat itu atas dugaan pelanggaran pemilu. Ia selalu menulis dalam beritanya secara apa adanya tanpa ada tambahan informasi yang tak sesuai.

“Kenapa kita harus diam kalo ada yang tidak lurus,” tegasnya.

Seseorang berkata pada Harianto untuk menjual tulisannya dan menunjukan karakternya sebagai penulis, menimbang pada saat itu ia tak menerima gaji dari menjadi seorang penulis, kecuali ada kerja sama yang melibatkan dirinya. Pada akhirnya, ia mendirikan media beritanya sendiri pada tahun 2018 dengan nama Daulat Kepri dan Alur News.com pada tahun 2019.

Lika-liku kehidupan yang pahit Harianto jalani dari mulai ia kecil hingga dewasa. Mulai dari tak punya punya uang untuk sekolah, berhenti dari sekolah, mendengar hinaan orang terdekat, tinggal dirumah yang tak layak untuk bernaung bersama sang istri hingga sekarang sukses menjadi pemilik sebuah Media berita online berkat usaha, semangat belajar sejak kecil serta kerja kerasnya selama ini.

Riwayat Pendidikan:

  • SD 178 Nipah Panjang
  • SMP N 1 Tanjung Jabung Timur
  • MAN N 2 Tanjung Jabung Timur

Riwayat Pekerjaan:

  • PT. NOK Precision Batam (2011)
  • PT. SHIMANO (2012)
  • Daulat Kepri (2018)
  • Alur News.com (2019)
Exit mobile version