Pada konteks inilah saya ingin mengajak seluruh kader HMI Cab. Batam untuk kembali ke khitah perjuangan untuk Indonesia berkemajuan dalam konteks Bonus demografi, pasar bebas, Industri 4.0 Society 5.0, disruption era saat ini. Untuk itu, untuk menyambut itu semua kader-kader HMI Cab. Batam hendaklah kembali kejalan intelektualismenya. Sebuah jalan dimana tradisi & budaya membaca, berdiskusi & menulis hidup secara kritis sebagai tolak ukur sebuah organisasi intelektual mahasiswa atau kelompok intelegensi.
Tradisi intelektual harus dipertahankan karena hal inilah yang membedakan HMI dengan organisasi lain. Oleh karena itu, tradisi ini harus tetap dibangun guna menopang kekuatan & membentuk kader HMI Cab. Batam dalam kisaran otak bukan otot. Tentu hal ini hanya bisa dibangun dengan memperkuat tradisi membac, Menulis & berdiskusi. Membaca harus dijadikan “fardhu ain” sebab, kalau membaca digeser menajdi “fardhu kifayah” akan cendrung diwakillan pada orang lain.
Terakhir saya ingin menyampaikan bahwa, berhentilah dengab kekisruhan, tendensi praktis & perebutan jabatan kekuasaan tingkat Cabang. Jika tidak segerah diatasi hanya akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja & HMI Cab. Batam hanya akan menjadi cerita untuk dikenang.