Oleh: Amirul Khalish Manik, Ketua Umum PW GPII Kepri
Owntalk.co.id – Rasulullah SAW. Telah mencontohkan kepada kita bagaimana membangun semangat juang dan semangat persaudaraan dari ketika terjadinya perang Azam. Saat itu kaum muslimin sedang diuji dengan kekurangan makanan, jumlah personil yang amat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kafir Quraisy.
Dengan izin-Nya, salah seorang dari sahabat mengusulkan untuk dibuat parit-parit. Rasulullah SAW menyetujuinya. Pembuatan parit pun dilakukan.
Tiba-tiba seorang sahabat mengadu ke Rasul, bahwa mereka tidak sanggup memecahkan sebuah batu besar yang menghalangi pembuatan parit tersebut. Maka dengan segera Rasulullah mengambil palu dan melakukan sendiri hingga batu itu pecah berkeping-keping. Beliau bersabda : ”Suatu hari nanti Persia sudah di tangan kita.” (Al hadist).
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada para sahabat dan kepada kita bahwa hidup ini harus dengan semangat juang, kreatif, dan memilki jiwa visioner.
Kisah kedua, datang dari seorang gadis bernama Wilmarudo yang berkebangsaan Jepang, ia terlahr lumpuh, pada umur 9 tahun ia belum bisa berdiri apalagi berjalan. Karena kondisinya tersebut Wilmarudo tak menyerah begitu saja. Ia selalu minta untuk diperiksa perkembangan fisiknya pada kedua orang tuanya tak hanya itu ia bersikeras bahwa ia harus bisa berjalan dengan normal, orang tuanya mengikuti kemauan anaknya itu.
Kemudian para dokter selalu mengatakan bahwa Wilmarudo tidak akan bisa berjalan seumur hidupnya. Kesedihan pun meliputi hati Wilmarudo gadis kecil itu namun, ia tetap berharap akan kesembuhan dan wajahnya menunjukkan hal demikian.
Suatu hari mamanya mengatakan, ”Wilmarudo, kalau kamu yakin bahwa kamu pasti bisa berjalan, maka Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya.”
Mendengar perkataan mamanya Wilmarudo mengatakan dengan optimis, ”Kalau begitu, suatu saat aku akan menjadi pelari wanita tercepat di dunia.”
Semenjak itulah ia selalu berjalan dengan duduk, Ia lakukan dengan penuh kegigihan. Kemudian belajar berdiri dengan memakai alat bantu ia belajar berjalan dengan tertatih-tatih. Ia melakukan hal itu sepanjang waktu dan beberapa tahun kemudian ia belajar berlari. Setiap kali jatuh, ia pasti bangun, semua ini memang tidak gampang butuh waktu yang lama, namun semangat mengalahkan rasa capek, bosan, dan lamanya berproses.
Suatu ketika ada lomba lari wanita di Jepang, Wilmarudo itupun ikut. Ia berada pada urutan terakhir dan dalam event yang sama, sigadis tersebut gagal terus. Banyak orang mengatakan, ”Dasar tidak tahu diri, sudah gagal terus, ikut juga.” Wilmarudo tidak berhenti, Ia terus berjuang dan pada suatu saat Allah SWT mengabulkan doanya.
Pada event yang sama, ia menjadi pelari tercepat di negaranya. Selanjutnuya, ia mampu mengumpulkan tiga medali Pelari Wanita Tercepat di dunia. Subhanallah!
Seperti apakah semangat persaudaraan kita? Apakah seperti para sahabat Nabi Saw? Hal ini harus kita evaluasi. Jangan biarkan semangat ini kendur di hati. Lihatlah para sahabat, ketika Nabi Saw dan para sahabat hijrah pertama kali ke Madinah. Kaum Muhajirin (Pendatang) disambut Kaum Anshar (Tuan Rumah) dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Pernahkah terbayang oleh kita, ketika tuan rumah mengikhlaskan hartanya untuk tamunya, istrinya untuk salah seorang duda, dan putri-putri kesayangannya untuk dinikahi tamunya yang belum menikah.
Seberapa istimewakah tamu mereka itu? Apakah yang menjadikan kaum anshar amat mencintai kaum Muhajirin?
Ternyata yang menyatukan mereka adalah semangat persaudaraan dalam Islam. Walau mereka baru kali itu mengenal wajah-wajah tamunya. Luar biasa, persaudaraan itu amat indah.
Persaudaraan hakiki itu adalah persaudaraan yang terbina karena mencintai Allah SWT bukan terletak pada individu-individu atau kelompok-kelompok yang mengklaim secara sepihak bahwa dirinya lahatau kelompoknya yang paling benar sedangkan diluar kelompoknya selalu tidak benar.
Naiklah tinggi tanpa menjatuhkan, jadilah yang baik tanpa menjelekkan, jadilah yang benar tanpa menyalahkan dan bahagialah tanpa menyakitkan. Sudah saatnya kita saling merangkul agar dapat merebut kemenangan hakiki untuk dunia dan akhirat, maka kita bersatu dalam aqidah, berjama’ah dalam ibadah, bersinergi dalam mu’amalah dan bertoleransi dalam khilafiah.