Ditulis oleh : Albert Efendi Pohan, M. Pd
Mengapa sangat perlu menguasai konsep pembelajaran daring ini?
Pada saat ini dunia Pendidikan sedang dihadapkan dengan tantangan yang berat dan rumit, yaitu wabah Virus Corona 2019. Wabah ini sudah melumpuhkan berbagai aspek dalam kehidupan, salah satunya adalah Pendidikan. Dalam hal ini, pemerintah, satuan Pendidikan, guru, siswa dan orang tua sedang berusaha beradaptasi dengan perubahan drastis yang diakibatkan wabah yang mematikan ini. Tidak sedikit persoalan dan permasalah yang dihadapi oleh seluruh komponen Pendidikan untuk menyelenggarakan kontinuitas pembelajaran sebagaimana mestinya. Kondisi ini mengakibatkan proses pembelajaran di sekolah mengalami kelumpuhan total.
Berdasarkan data Dapodik Kementerian Republik Indonesia pada bulan April 2020 melansir bahwa terdapat 534.630 Satuan Pendidikan yang terdampak kasus Covid-19 secara nasional. Kondisi ini melahirkan pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar, yaitu melakukan pembelajaran dalam jaringan (Daring). Pembelajaran daring ini diikuti oleh guru/dosen dan peserta didik dari rumah masing-masing melalui media online. Merujuk kepada data yang dilansir oleh data Dapodik Kemendikbud, April 2020 bahwa terdiri dari 4.183.591 tenaga pengajar yang melakukan pembelajaran dari rumah (work from house). Sedangkan jumlah siswa adalah 68.729.037 dari seluruh jenjang. Kondisi ini mengakibatkan permasalahan serius dalam proses pembelajaran.
Ada beberapa permasalahan lain yang mengakibatkan proses pembelajaran Daring tidak berjalan dengan efektif. Masalah dimaksud seperti ketersediaan listrik dan akses internet sebagai media utama dalam penyelenggaraan pembelajaran Daring. Terdiri dari 46.272 atau 18% Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah tidak ada akses ke internet dan 8.281 Satuan Pendidikan atau 3% belum terpasang Listrik (Data Dapodik Kemendikbud 2020). Kita bisa bayangkan bagaimana efektifitas pembelajaran Daring yang diselenggarakan pada saat ini di masa pandemi Covid-19.
Secara teknis, kondisi ini juga mengakibatkan masalah-masalah serius, bukan hanya terjadi di daerah yang tidak ada akses listrik dan internet saja. Bahkan masalah teknis juga terjadi di daerah perkotaan. Dimana masih banyak guru yang tidak mampu menggunakan teknologi untuk efesiensi pembelajaran Daring. Hal ini disebabkan guru-guru belum menggunakan media online dalam belajar sebelum masa pandemik. Berdasarkan data yang dirilis oleh KPAI periode April 2020 bahwa terdapat 25% guru belum menggunakan platform pembelajaran online sebelum masa pandemik.
Masalah lain banyak siswa yang orang tuanya tidak memiliki ekonomi yang mafan untuk membeli kuota internet, atau bahkan membeli smart phone dan laptop sebagai media utama dalam mengikuti pembelajaran Daring.
Disamping itu, siswa secara mental belum siap mengikuti pembelajaran jarak jauh sehingga siswa banyak merasa tertekan dalam kondisi ini. Hal ini disebabkan orietasi pembelajaran yang disajikan guru masih berorientasi pada penugasan. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang dirilis oleh KPAI pada bulan April 2020 bahwa terdapat 77,6% guru membuat persiapan pembelajaran online dalam bentuk penugasan. Artinya pembelajaran Daring tidak berorientasi pada pembelajaran bermakna sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan melalui Surat Edarannya. Dari jumlah guru yang membuat persiapan penugasan melalui media online hanya 19,1% yang mampu mengoperasikan media onlie untuk kegiatan proses pembelajaran Daring. Kenyataan inilah yang membuat pembelajaran Daring pada saat ini tidak efektif dan tidak memberikan makna bagi siswa. Adapun yang menggunakan media belajar onlie hanya sebatas menggunakan facebook, instragram dan what’s up. Hal ini dibuktikan data KPAI bulan April 2020 bahwa 80.2 % guru hanya menggunakan facebook, instragram dan what’s up dalam pembelajaran Daring.
Permasalahan di atas adalah prihal utama yang mendorong penulis untuk berupaya menulis dan menyelesaikan buku ini “Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah”. Secara sederhana, buku ini dirancang agar menjadi sebuah pegangan dan gambaran praktis bagi guru-guru untuk melakukan proses pembelajaran Daring di masa pandemic ini. Buku ini menjelaskan bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran Daring untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Dengan menerapkan pendekatan ini, maka pembelajaran lebih fokus pada interaksi dan pengembangan konsep berpikir tinggi untuk menyelesaikan pemasalahan dalam pemebelajaran.
Proyeksi lain yang dirancang di dalam buku ini adalah penerapan pengembangan karakter siswa dalam pembelajaran Daring. Disamping itu, penulis juga merancang pelaksanaan penerapan program Gerakan literasi di dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk menunjang ketercapaian pembelajaran bermakna dan keterampilan berpikir seperti berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), bekerja sama (collaborative), dan kemampuan berkomunikasi (communicative).
Buku ini juga menyajikan secara teoritik dan aplikatif langkah-langkah pengembangan Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) dalam jaringan. Sehingga akan memudahkan guru melakukan persiapan yang baik sebelum melakukan pembelajaran. Penulis juga menjelaskan bagaimana mengembangkan intrumen dan butir soal yang berorientasi pada soal berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Dengan demikian guru memiliki panduan teoritik bagaimana mengukur keberhasilan pembelajaran dalam jaringan secara efesien.
Sudah barang tentu bahwa buku ini masih jauh dari kategori sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan tulus dari para pembaca, guru-guru, khususnya para ahli di bidang ini. Dengan adanya masukan tersebut, maka buku ini dapat diperbaiki dan disempurnakan fungsinya untuk dijadikan sebagai panduan untuk pembelajaran Daring. Penulis dengan rasa hormat mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak terkait dalam penyelesaian buku ini, khususnya kepada keluarga dan pemerintah atas dukungannya dan pembaca atas perhatiannya. Harapannya semoga buku ini dapat memberikan mafaat bagi tenaga pengajar di masa pendemi Covid-19 ini dalam rangka meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.